Waktu ceritanya aku lagi asik banget sama kegiatan penelitian endo-eksokarst sama temen2 di UKM pecinta alam. Sangkin asiknya, sampe-sampe jarang kuliah. Hoaaam.. Jangan ditiru gaeees.
Di akhir perkuliahan, dosen mata kuliah seminar minta anak2nya buat ngumpulin proposal seminar. Uwe kumpulin aja. Tanpa pikir panjang, jarang liat skripsi2 orang di perpus, jarang tanya2 temen dan ga pernah konsul dosen, apatis deh semester kemaren. ;(((
Hingga pada akhirnya, proposal uwe ditolak mentah-mentah karena ga ada kasusnya. Nilai mata kuliah seminar juga ga dikeluarin karena "belum layak" katany. Huehehee.. Ketawa juga sih kalo uwe baca lagi. Bisa2nya si nida asal ngumpulin aja. Jangan ditiru ya gaeees..
Kira2 begini isi proposal yang ditolak mentah-mentah itu.
TUGAS
AKHIR MATA KULIAH SEMINAR
Judul:
Hubungan Kegiatan Marketing Public Relations terhadap Citra Perusahaan di Hotel
Savoy Homann Bidakara Bandung
Oleh:
Nida
Choirun Nufus
210110110281
PROPOSAL
SEMINAR
Untuk
memenuhi mata kuliah seminar
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
FAKULTAS
ILMU KOMUNIKASI
ILMU
HUBUNGAN MASYARAKAT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Penelitian
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang
diandalkan oleh setiap daerah. Sektor pariwisata menghasilkan pendapatan yang
tidak sedikit bagi suatu daerah. Keuntungan bidang pariwisata menyumbang tidak
sedikit pemasukan bagi perkembangan daerah.
Kebutuhan akan industri hiburan bagi sebagian
masyarakat menjadikan pariwisata terus mengembangkan diri menghadapi
persaingan. Kini kebutuhan akan wisata semakin terasa sejalan dengan kemajuan
industri yang membutuhkan suasana baru dalam menyegarkan kembali pikiran yang
penat dalam rutinitas sehari-hari.
Pariwisata memberikan peranan penting bagi
kemajuan suatu daerah. Kota Bandung yang terkenal dengan potensi wisatanya
ternyata menjadikan Bandung sebagai kota besar yang terkenal dan semakin banyak
diminati oleh khalayak luas, dari turis lokal hingga mancanegara.
Pariwisata Kota Bandung sangat beragam,
seperti wisata belanja, wisata alam, industri hiburan, bisnis, dan wisata
budaya. Bandung juga terkenal dengan kota sejarah. Berbagai peristiwa penting
patut dikenang dan diketahui oleh para wisatawan. Sebut saja peristiwa Bandung
Lautan Api dan Konperensi Asia Afrika. Untuk mengenang dan mengabadikan peristiwa
bersejarah itu, dibentuknya berbagai museum dan bangunan bersejarah yang kini
berdiri kokoh di Kota Bandung.
Sejalan dengan kebutuhan akan parwisata dan
kegiatan bisnis, permintaan akan penginapan pun semakin meningkat. Banyak
wisatawan yang membutuhkan lokasi untuk menginap. Wisatawan tentu saja
menginginkan suasana yang nyaman untuk beristirahat.
Pariwisata Kota Bandung memicu perkembangan
bisnis di dalamnya. Aktivitas bisnis pun banyak dilakukan di Kota Bandung.
Tidak sedikit hotel yang memang sesuai untuk digunakan bagi kebutuhan bisnis.
Melakukan kegiatan bisnis di Kota Bandung akan terasa lebih hidup karena
potensi wisata yang ada. Para pembisnis yang mengadakan kegiatan di hotel di
Kota Bandung selain melakukan kegiatan bisnisnya, juga dapat menenangkan
pikirannya dengan berwisata.
Hotel menjadi tempat yang nyaman bagi para
wisatawan untuk menginap. Tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan menginap, hotel
juga dimanfaatkan untuk keperluan bisnis danpertemuan-pertemuan penting. Berbagai
fasilitas yang ditawarkan hotel pun menjadi daya tarik tersendiri bagi
pengunjung untuk singgah ataupun melakukan kegiatan bisnis di hotel tertentu.
Di Kota Bandung, sudah terdapat banyak hotel
baru dan berkelas. Berbagai penawaran
tersedia bagi para pengunjung. Semakin banyaknya jumlah hotel yang ada,
menjadikan hotel-hotel yang sudah ada sejak dulu memiliki pesaing. Persaingan
memang selalu ada dalam kegiatan bisnis. Tidak terkecuali dengan bisnis bidang
jasa ini. Untuk mengungguli kompetitornya, hotel-hotel pun menawarkan
keunikannya.
Setiap hotel memiliki strategi pemasarannya
masing-masing dalam mengejar kliennya. Strategi yang unik diciptakan dengan
harapan meningkatnya jumlah klien pada hotel tersebut. Dalam mengciptakan
pelanggannya, berbagai cara dilakukan pihak manajemen, seperti sales blitz, mengadakan special events, diskon harga, promo
makanan dan fasilitas, dan sebagainya.
Tidak mudah mendapatkan pelanggan yang loyal
terhadap hotel. Terlebih, kini semakin banyak hotel dengan fasilitas yang baru
yang bermacam keunggulan. Hotel Savoy Homann Bidakara sebagai salah satu hotel
tertua dan bersejarah di Kota Bandung kini menghadapi persaingan dengan hotel
bisnis berbintang yang lebih baru. Keunggulan Hotel Savoy Homann Bidakara
sebagai heritage hotel menjadi daya
jual hotel dalam menghadapi persaingan. Namun untuk menciptakan pelanggan yang
loyal, Hotel Savoy Homann Bidakara tentulah perlu memiliki cara tersediri dalam
menciptakan pelanggannya.
Reputasi Hotel Savoy Homann sebagai hotel heritage harus dijaga
keunggulannya untuk menciptkan citra dan kesan baik dimata para pengunjung.
Citra yang terekam dalam benak pengunjung diharapkan menjadikan Hotel Savoy
Homann Bidakara memiliki reputasi yang baik. Reputasi baik yang diharapkan oleh
setiap hotel diharapkan mampu menciptakan pelanggan yang loyal lebih banyak.
Pelayanan yang memuaskan dan kesan yang baik
dimana konsumen menajadi salah satu cara menciptakan pelanggan yang loyal
terhadapt hotel. Tidak sebatas itu, menjalin hubungan yang baik dengan konsumen
pun menjadikan konsumen merasa dekat dengan hotel. Perasaan inilah yang ingin
diciptakan sehingga konsumen merasa ingin kembali ke hotel untuk menginap atau
melakukan kegiatan bisnisnya.
Kemunculan
hotel-hotel baru di Kota Bandung memberikan banyak kesempatan bagi konsumen
untuk memilih hotel yang paling baik. Persaingan hotel membuat hotel-hotel
menawarkan berbagai perawaran menarik untuk mendapatkan hati konsumen. Kualitas
jasa yang ditawarkan pihak hotel menjadi nilai tersendiri bagi keberlangsungan
pelanggan yang loyal.
Citra
dan reputasi juga menjadi bagian penting bagi konsumen untuk memberikan
keputusan. Uniqeness menjadi salah satu penarik perhatian konsumen. Bagi Hotel
Savoy Homann Bidakara Bandung, hotel tua dan bersejarah menjadi daya jualnya.
Akan tetapi, citra dan reputasi yang baik perlu dibangun dan dipertahankan agar
konsumen memutuskan untuk menginap atau melakukan kegiatan bisnis di hotel
tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang penelitian di atas maka peneliti berusaha merumuskan masalah
yang ingin diangkat yaitu “Sejauh mana Pengaruh Kegiatan Marketing Public
Relations terhadap reputasi hotel Savoy Homann Bidakara Bandung sebagai heritage hotel dalam Menghadapi
Persaingan Kemunculan Hotel Baru di Kota Bandung.”
1.3
Identifikasi
Masalah
Penelitian
ini bersifat korelasional, yaitu mengetahui sejauh mana hubungan marketing
public relations dengan citra perusahaan di Hotel Savoy Homann Bidakara
Bandung. Adapun masalah penelitian tersebut adalah:
1. Sejauh
maa pelaksanaan program marketing public relations di Hotel Savoy Homann
Bidakara Bandung?
2. Sejauh
mana citra Hotel Savoy Homann Bidakara yang dipersepsi oleh konsumen?
3. Sejauh
mana hubungan marketing public relations dengan citra hotel yang dipersepsikan
oleh konsumen di Hotel Savoy Homann Bidakara Bandung?
1.4
Tujuan
Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini adalah menjawab pertanyaan yang sudah dikemukakan diatas,
yaitu:
1. Menganalisis
sejauh mana pelaksanaan program marketing public relations heritage hotel di Hotel Savoy Homann Bidakara
2. Menganalisis
sejauh mana citra heritage hotel Hotel
Savoy Homann Bidakara yang dipersepsi oleh konsumen
3. Menganalisis
sejauh mana hubungan marketing public relations dengan citra heritage hotel Hotel Savoy Homann
Bidakara
1.5
Kegunaan
Penelitian
Penelitian
ini memiliki dua kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.
1.5.1
Kegunaan
Teoritis
Secara
teoritis, penelitian ini berfungsi menambah khazanah keilmuan di bidang ilmu
komunikasi terutama bidang kajian public
relations. Penelitian ini membahas pula kegiatan marketing dan
bersinggunggan dengan kegiatan public
relations terutama di bidang industri pariwisata bidang jasa perhotelan.
1.5.2
Kegunaan
Praktis
Penelitian
ini dapat diterapkan dalam bidang marketing public relations dimana public relations menjadi bagian dari tim
yang menciptakan strategi pemasaran. Secara praktis penelitian ini memberikan
pengetahuan mengenai kegiatan marketing
public relations di industri jasa bidang perhotelan dalam setrategi membangun citra dan reputasi hotel.
1.6
Kerangka Pemikiran
1.6.1
Kerangka
Teoritis
1.6.1.1
S-O-R
Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan
adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat
mengharapkan dana memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi
unsur-unsur model ini adalah:
·
Pesan (stimulus, S)
·
Komunikan (organism, O)
·
Efek (Respons, R)
Hosland,
et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama
dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses
belajar pada indiidu yang terdiri dari:
·
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada
organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak, berarti ada perhatian
dari individu dan stimulus tersebut efektif.
·
Apabila stimulus telah mendapat
perhatian dari seseorang (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan
dilanjutkan kepada proses berikutnya.
·
Setelah itu seseorang mengolah stimuus
tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah
diterimanya (bersikap).
·
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta
dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya
teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus
(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus
yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus
dapat meyakinkan seseorang, Dalam meyakinkan seseorang ini, faktor
reinforcement memegang peranan penting.
Dalam
proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus
yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pandapat Hovland, Janis dan
Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel
penting yaitu:
(a) perhatian,
(b) pengertian,
dan
(c) penerimaan.
Stimulus
atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin
ditoak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikasn.
Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses
berikutnya komunikasi mengerti. Kemampuan komunikasi inilah yang melanjutkan
proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka
terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Teori
ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya peribahan periaku tergantung
kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan seseorang,
Artinya, kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,
kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan.
1.6.1.2
Teori
Intergarasi Informasi
Teori
Integrasi Informasi (Information Integration Theory) merupakan teori tentang
pengorganisasian pesan atau informasi yang dikemukakan oleh Martin Feishbein.
Teori ini berasumsi bahwa ”The Information approach centers on the ways people
acumulate an organize informations about some, object, situation, or idea, to
form attitude toward a concept”.(organisasi mengakumulasikan dan
mengorganisasikan informasi yang diperolehnya tentang sekelompok orang, objek,
situasi atau ide-ide untuk membentuk sikap yang sesuai dengan konsep yang
terbentuk dari hasil penerimaan informasi tersebut) (Little John, 1997:234-240)
Feishbein
dalam Little John kemudian mengemukakan bahwa merujuk pada teori ini semua
informasi mempunyai kekuatan potensial yang dapat mempengaruhi orang untuk
memiliki sikap tertentu. Besar tidaknya pengaruh tersebut tergantung kepada dua
hal yaitu: valensi dan Bobot Panilaian.
Valensi
atau tujuan, yang berarti sejauhmana suatu informasi mendukung apa yang sudah
menjadi kepercayaan seseorang. Suatu informasi dikatakan positif apabila
informasi tersebut mendukung kepercayaan yang telah ada dalam diri seseorang
sebelumnya. Sedangkan jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka informasi itu
dapat dipandang sebagai sesuatu yang negatif
Bobot
penilaian, yang berkaitan dengan tingkat kredibilitas informasi tersebut.
Maksudnya apabila seseorang melihat informasi itu sebagai suatu kebenaran, maka
ia akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap informasi itu. Sementara jika
yang terjadi adalah sebailknya, maka penilaian yang diberikan pun akan rendah.
(Littlejohn,1996-137-138)
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa Valensi berkaitan
dengan bagaimana informasi dipengaruhi sikap seseorang, sedangkan Bobot
Penilaian berkaitan dengan sejauhmana informasi tersebut mempengaruhi sikap
seseorang. Dengan demikian, walaupun suatu informasi memiliki tingkat valensi
yang tinggi, apabila tidak didukung oleh bobot penilaian yang tinggi pula, akan
menghasilkan efek yang kecil pada sikap seseorang (Littlejohn,1996:137-138)
Selanjutnya, pendekatan integrasi informasi memusatkan pada
cara-cara orang mengakumulasikan dan mengorganisasikan informasi tentang orang,
objek, situasi atau gagasan tertentu untuk membentuk sikap terhadap sebuah
konsep. Sikap sudah menjadi sebuah satuan penting dalam penelitian tentang
persuasi karena arti pentingnya dalam perubahan sikap. Sebuah sikap adalah
sebuah predisposisi untuk bertindak dengan suatu cara yang positif atau negatif
terdapat sesuatu.
Sebuah sikap merupakan sebuah akumulasi dari informasi
tentang sesuatu, objek, orang, situasi atau pengalaman. Perubhan sikap terjadi
karena informasi baru memberikan tambahan pada sikap. Sikap mempunyai korelasi
dengan keyakinan dan menyebabkan seseorang memiliki perilaku tertentu terhadap
objek sikap.
Menurut teori integrasi informasi ini, adanya akumulasi
informasi yang diserap seseorang dapat menimbulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Informasi dapat merubah derajat
kepercayaan seseorang terhadap suatu objek
2. Informasi dapat merubah kredibilitas
kepercayaan seseorang yang sudah dimiliki seseorang.
3. Informasi dapat menambah kepercayaan
baru yang telah ada dalam struktur sikap.
Sebuah sikap dipandang sebagai sebuah akumulasi dari
informasi tentang suatu objek, orang, situasi, maupun pengalaman. Jadi, perubahan
sikap terjadi karena informasi baru memberikan tambahan pada sikap, atau
perubahan sikap terjadi karena informasi tersebut telah merubah penilaian
seseorang mengenai valensi dan bobot informasi lain. Namun, informasi apapun
biasanya tidak akan membawa pengaruh yang terlalu besar terhadap sebuah sikap
karena sikap tersebut memuat bebarapa yang bisa menangkal informasi tersebut.
Gary L. Kreps dalam bukunya Organizational Communication mengatakan:
Information is construct that is very closely related to meaning
whereas meaning is the process of making “sense” of message and information is
the “sense” that we make in creating meanings. The meanings that we create have
informations value for us, to the extent that they help us understand,
interpret, and predict phenomena. ( informasi adalah suatu proses pemaknaan
pesan dan informasi adalah makna yang kita gunakan untuk membentuk suatu
pengertian. Pengertian mengandung nilai informasi yang memungkinkan kita untuk
mengerti, menginterpretasikan dan memprediksi suatu fenomena) (kreps,1990:27)
Makna
penting pengorganisasian komunikasi yang menghubungkan kepentingan antara
organisasi dengan lingkungan luarnya sebagaimana dikemukakan oleh Kreps yaitu,
bahwa “ external communication shannels carry message between the organization
and the organization’s relevant environment. Message are both sent to and
received from
the organization’s relevant environment.
External message are set to attemp to influence the way environment
representatives behave in regard to the organization.. (Media komunikasi
eksternal menjembatani pesan antara organisasi dengan lingkungan sekitar dan
pesan tersebut bertujuan untuk mempengaruhi bagaimana lingkungan sekitar
bersikap terhadap organisasi) (Kreps, 1990:21)
1.6.1.3
Teori
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran atau Marketing Communication adalah sarana di mana perusahaan berusaha
menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun
tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual. Komunikasi pemasaran
mempresentasikan "suara" perusahaan dan mereknya serta merupakan
sarana dimana perusahaan dapat membuat dialog dan membangun hubungan dengan
konsumen.
Menurut David Pickton dalam Ilham Prisgunanto (2006:8),
Komunikasi Pemasaran adalah semua elemen-elemen promosi dari marketing mix
(bauran pemsaran) yang melibatkan komunikasi antarorganisasi dan target
audience pada segala bentuknya yang ditujukan untuk performance pemasaran.
Selanjutnya, Komunikasi pemasaran merupakan proses dialog
yang berkelanjutan (the countinuing dialogue) antara
pembeli dan penjual dalam sutu tempat pemasaran (market place).
Definisi ini mungkin digambarkan sebagai definisi makro dan proses.
Relevansinya dengan pengelolaan suatu perusahaan, seperti
yang diuraikan Bulaeng (2000: 32) adalah:
1.
Proses
penyajian seperangkat rangsangan yang diintegrasikan pada sasaran pasar dengan
maksud untuk menimbulkan seperangkat respon yang diinginkan.
2.
Mengadakan
saluran-saluran untuk menerima (receive),
menafsirkan (interpret), bertindak (action) atas dasar
pesan dari pasar untuk tujuan mengubah pesan perusahaan sekarang dan
mengidentifikasi kesempatan-kesempatan komunikasi baru.
Selanjutnya definisi yang diuraikan oleh Delozier (1996:169)
ialah bahwa komunikasi pemasaran yang terdapat pada suatu perusahaan adalah:
1.
Proses
penyebaran kesatuan rangsangan kepada target pasar dengan mengharapkan respon
dari target tersebut
2.
Mempersiapkan
rangsangan balik, menginterpretasikan dan menjalankan keinginan target pasar
pada perubahan pesan perusahaan dan mengidentifikasikan kesempatan akan adanya
komunikasi-komunikasi baru.
Menjelaskan bahwa perusahaan adalah terdiri dari pengirim
dam penerima pesan dari target pasar. Pihak pengirim dari suatu pasar dalam
persaingan bisnisnya harus mencoba menarik konsumen untuk membeli produknya.
Pihak penerima dari perusahaan harus menyesuaikan diri pada target pasar untuk
dapat menyampaikan pesan pada situasi pasar yang berhubungan dan harus dapat
menciptakan komunikasi yang baru.
a. Marketing Mix
Sistem pemasaran yang baik adalah sistem komuikasi pemasaran
yang didalamnya terdiri dari berbagai unsur terpadu. Dalam istilah komunikasi
dan pemasaran disebut Marketing Mix.
Perkembangan marketing mix menyebabkan
bahwa ahli memberikan pernyataan, sabagaimana pendapat yang diberikan oleh
Louis and Kurtz (1982:250), kebijaksanaan pemasaran dapat diklasifikasikan ke
dalam 4 strategi, yaitu:
1.
Product
strategy:
Kebijaksanaan dalam pemasaran meliputi desain kemasan, merek perusahaan, merek
dagang, surat izin, jaminan barang, jaminan perusahaan, perputaran produk dan
pengembangan produk baru.
2.
Distribution
strategy:
Kebiajaksanaan dalam pemasaran yang meliputi penditribusian barang, saluran
penjualan barang dan orang yang mengalami pendistribusian barang ke konsumen.
3.
Promotional
strategy:
Kebijikasanaan dalam pemasaran yang meliputi personal selling, advertising dan sales promotion yang
memberikan komunikasi yang efektif antara perusahaan dan target market.
4.
Pricing
strategy:
Kebijaksanaan dalam pemasaran yang meliputi metode penetapan harga yang
menguntungkan perusahaan dan konsumen dengan pertimbangan peraturan pemerintah
serta pendapat umum.
Uraian di atas menyimpulkan bahwa Marketing Mix adalah suatu
bauran yang terdiri dari 4 variabel yaitu:
1.
Produk
2.
Place/Tempat
3.
Price/Harga
4.
Promosi
Keempat variabel tersebut pada akhirnya dapat dijadikan
sebagai suatu strategi komunikasi pemasaran untuk mencapai penjualan produk
yang diinginkan oleh suatu perusahaan.
b. Strategi Komunikasi
Pemasaran
Terdapat 5 langkah besar dalam menyusun strategi komunikasi
pemasaran menurut Delozier (1996:272), yaitu:
1.
Menentukan
kesempatan komunikasi pemasaran. Merupakan langkah awal dalam pengembangan
strategi baru adalah mengenal serta mengevaluasi perubahan-perubahn baru dari
luar dan dalam perusahaan.
2.
Menganalisa
sumber-sumber komunikasi pemasaran. Bagian ini bertujuan untuk memanfaatkan
sumber-sumber yang ada dalam perusahaan sehingga efisien
3.
Mengatur
komunikasi pemasaran yang objektif. Objektivitas dilihat dari kebijaksanaan
masa depan perusahaan yang terdiri dari kerja sama yang objektif.
4.
Mengembangkan
dan mengevaluasi strategi alternatif. Jika objektivitas dikembangkan maka
strategi juga harus dikembangkan lalu mengevaluasi beragam strategi lain yang
mungkin dapat berhasil mencapai objektifitas.
5.
Mendata
tugas-tugas komunikasi pemasaran. Setelah rencana strategi dipilih, seorang
manajer harus dapat membuat keputusan yang penting menyangkut masalah
pengemasan, periklanan, harga, tempat penjualan, serta produk.
1.6.2
Kerangka
Konseptual
Terdapat
dua konsep yang dioperasionalkan pada penelitian ini, yaitu marketing public
relations dan citra perusahaan.
1.6.3
Operasional
Variabel
Variabel
X : Program Marketing
Public Relations
Indikator :
1) Publikasi
2) Sponsor
3) Berita
4) Kegiatan
layanan publik
5) Pidato
6) Media
Identitas
7) Bentuk
kegiatan lain sesuai dengan kebijakan hotel
Variabel
Y : Citra Perusahaan
Sub
Variabel 1 :
Pendapat keseluruhan engenai institusi, keterkenalan dan reputasi
Indikator :
1) Reputasi
kualitas pelayanan
2) Reputasi
kompetensi karyawan
3) Reputasi
manajemen
4) Reputasi
fasilitas hotel
Sub
Variabel 2 :
Kontribusi hotel terhadap masyarakat
Indikator :
1) Tanggung
jawab sosial perusahaan
Sub
Variabel 3 :
Kesuksesan institusi
Indikator :
1) Keterkenalan
perusahaan dibandingkan hotel lain
2) Keterkenalan
tingkat hunian hotel
1.6.4
Bagan
Penelitian
SOR
Hovland, Janis, Kelly (1953)
Mar’at (1984)
|
Information-Intergation Theory
Martin Fishbein
Little John (1996)
|
Marketing Communications
Smith, Berry, Pulford (1997)
|
Marketing
Public Relations)
|
Citra
Perusahaan
|
Variabel X
Program Marketing Public Relations Hotel Savoy Homann Bidakara
|
Variabel Y
Citra Hotel Savoy Homann Bidakara
|
1.
Publikasi
2.
Sponsorship
3.
Berita
4.
Kegiatan layanan publik
5.
Pidato
6.
Media identitas
7.
Kegiatan lain
|
1. Pendapat
keseluruhan intang intuisi, keterkenalan dan reputasi
2.
Kontribusi hotel terhadap masyarakat
3.
Kesuksesan hotel
|
1.7
Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini dapat dinyatakan
sebagai berikut:
“Kegiatan marketing public relations yang dilakukan
oleh Hotel Savoy Homann Bidakara berhubungan dengan citra hotel yang ingin
disampaikan kepada konsumen hotel.”
Secara operasional hipotesis penelitian dijabarkan
sebagai berikut:
H1 : terdapat hubungan kegiatan marketing public
relations dengan citra hotel
H0 : tidak ada hubungan kegiatan marketing public
realtions dengan citra hotel
1.8
Metode
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.8.1
Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian korelasional, yakni meliputi hubungan di antara variabel. Metode
korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan
dengan variasi faktor lain (Rakhmat, 2001). Metode korelasional digunakan untuk
: (1) mengukur hubungan antara berbagai variabel, (2) meramalkan variabel tak
bebas dari pengetahuan peneliti tentang variabel bebas, (3) meratakan jalan
untuk membat rancangan penelitian.
Dengan
menggunakan metode korelasional peneliti mencari hubungan antara kegiatan
marketing public relations dengan reputasi hotel. Metode ini dilakukan dengan
mengumpulkan data melalui penyebaran angket dan sampel yang diperoleh dari
populasi. Data yang diperoleh kemudian disusun, dianalisis, dan
diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran umum mengenai pengaruh kegiatan
marketing public relations dengan reputasi hotel di Hotel Savoy Homann Bidakara.
1.8.2
Teknik
Pengumpulan Data
1. Angket (Kuisioner)
Suharsimi
Arikunto (2006: 151) menjelaskan angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Kelebihan metode angket adalah dalam waktu
yang relatif singkat dapat memperoleh data yang banyak, tenaga yang diperlukan
sedikit dan responden dapat menjawab dengan bebas tanpa pengaruh orang lain.
Sedangkan kelemahan angket adalah angket bersifat kaku karena pertanyaan yang
telah ditentukan dan responden tidak member jawaban yang sesuai dengan keadaan
dirinya hanya sekedar membaca kemudian menulis jawabannya.
Angket ini akan disebarkan kepada
pengunjung Hotel Savoy Homann Bidakara. Dengan metode angket yang diberikan
kepada tamu hotel diharapkan tamu hotel dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan peneliti.
2. Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode
pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya
adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.Pada penelitian ini peneliti
juga menggunakan pedoman wawancara.
Menurut
Patton dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini,
interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan
isu-isu yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin
tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Dalam penelitian ini peneliti akan mewawancarai
responden lebih dalam lagi mengenai
jawaban-jawaban yang ada dalam angket. Seperti mengapa mereka memilih Hotel
Savoy Homann untuk menginap atau
melakukan kegiatan bisnisnya.
3. Studi Pustaka
Menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul Metode
Penelitian, mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan:
“Studi
kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan
yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.”(Nazir,1988: 111).
1.9
Populasi dan Sampel
1.9.1. Populasi
Populasi adalah wilayah yang terdiri dari atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:80).
Populasi dapat terbentuk oleh tujuan dan topik polling, apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh tamu
member Hotel Savoy Homann Bidakara.
1.9.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari poulasi yang
diamati (Rakhmat, 2005:78). Sampel juga merupakan sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2008:81). Penelitian ini akan
menggunakan teknik sampel acak sederhana (simple random sampling). Peneliti
mengambil sampel dari buku register tamu yang ada secara acak.
1.9.2.1
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik sampel acak sederhana (simple
random sampling). Ini adalah salah satu metode seleksi terhadap unit-unit
populasi, unit-unit tersebut harus diacak seluruhnya. Masing-masing unit atau
unit satu dengan lainnya memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Pemilihan
dilakuakn dengan tabel angka random atau menggunakan program komputer (Prijana,
2005,7).
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika
analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan
karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi bukanlah hal
yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan
pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Selama perbedaan gender, status sosial ekonomi, serta perbedaan-perbedaan lain
tersebut bukan hal penting dan memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil
penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan
demikian unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih
menjadi sampel.
1.9.2.2
Penentuan Sampel Minimum
Untuk menentukan ukuran sampling acak
sederhana perlu mempertimbangkan parameter ukurannya. Umumnya dalam penelitian
sosial menggunakan parameter taksir proporsi (%). Ukuran sampel untuk taksir
proporsi dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
n = no
1+ (n0 /N)
Dan untuk no n0 = t2. (p.q)
d2
Keterngan :
N : Ukuran sampel
n0 : Sampel Asumsi
t : Koefisien Kepercayaan ( Coeffient of
Confident)
d : Sampling Error
p&q : Parameter Proporsi Binominal
N : Populasi
(Prijana, 2005: 8)
1.10. Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif, yaitu memaparkan
data-data sesuai jawaban responden dan teknik analisis inferensial, yaitu
teknik-teknik melalui uji statistic Spearman.
1.10.1.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berfungsi untuk
menggambarkan data yang merupakan jawaban responden dari pertanyaan yang
diajukan. Sedangkan untuk memudahkan dalam menganalisis, maka data tersebut
disusun dalam bentuk tabulasi silang meliputi data deskriptif antara data
penelitian dengan variabel terikat (Y)
Iqbal Hasan (2001:7) menjelaskan:
statistic deskriptif atau statistic deduktif adalah bagian dari statistik yang
mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami.
Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan
keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena. Penarikan
kesimpulan pada statistic deskriptif (jika ada) hanya ditujukan pada kumpulan
data yang ada. Didasarkan pada ruang lingkup bahasannya statistik deskriptif
mencakup:
1. Distribusi frekuensi beserta
bagian-bagiannya seperti:
a. Grafik distribusi (histogram, poligon
frekuensi, dan ogif)
b. Ukuran nilai pusat (rata-rata, median,
modus, kuartil, dsb)
c. Ukuran dispersi (jangkauan, simpangan,
rata-rata,variasi simpangan baku, dsb)
d. Kemencengan dan keruncingan kurva
2. Angka indeks
a. Time series atau deret waktu atau
berkala
b. Korelasi atau regresi sederhana
Analisis data deskriptif bertujuan untuk
memberikan gambaran mengenai objek penelitian berdasarkan data dan variabel
yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti. Untuk memudahkan penulis
dalam menginterpretasikan hasil penelitian dalam tabel maka penulis mengacu
pada penafsiran data sebagai berikut:
1. 0% : Tidak seorangpun dari responden
2. 1 – 25% : Sangat sedikit dari responden
3. 26 – 49% : Sebagian kecil/Hampir
setengah dari responden
4. 50% : Setengah dari responden
5. 51 – 76% : Sebagian besar dari
responden
6. 77 – 99% : Hampir seluruh responden
7. 100 % : Seluruh responden
(Arikunto, 1998 : 246)
Jawaban responden atas sejumlah pertanyaan
yang diajukan dalam kuisioner akan disampaikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi
1.10.2.
Analisis Inferensial
Skala pengukuran yang digunakan adalah
skala ordinal. Data yang berskala ordinal statistik dapat menggunakan
Spearman‟s Rank (Kourtur, 2005 : 181). Skala ordinal mengurutkan data dari
tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi atau sebaliknya dengan
intervl yang tidak harus sama. (Umar, 2003 : 132).
1.11.
Validitas dan Reliabilitas
1.11.1.
Validitas
Validitas menunjukkan sejauhmana alat
pengukuran itu mengukur apa yang kita ingin ukur atau sejauhmana alat ukur yang
kita gunakan mengenai sasaran. Untuk pengujian validitas penelitian validitas
berupa skor yang memiliki tingkatan (ordinal), rumus yang dingunakan adalah
dengan koofisien korelasional. Menurut Kaplan, suatu pertanyaan dikatakan valid
dan dapat mengukur variable penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien
vaiditasnya lebih dari atau sama dengan 0,3.
Validitas instrumen yang diguakan dalam
penelitian ini adalah validitas konstruk (construct validity) yaitu
sejauh mana alat ukur yang dikembangakan mampu mengemukakan seluruh aspek seluruh
aspek yang membangun kerangka dari konsep-konsep yang diteliti (Singarimbun dan
Effendi, 1989:125).
Untuk menentukan kevalidan dari item
kuisioner digunakan metode korelasi Rank Spearman yaitu apabila item yang
dihadapi berbentuk skala ordinal, maka untuk nilai korelasi rank Spearman pada
item ke-i adalah:
Rumus di atas digunakan apabila tidak
terdapat data kembar, atau ada data kembar namun sedikit. Apabila terdapat
banyak data kembar digunakan rumus berikut ini.
1.11.2.
Reliabilitas
Realibilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauhmana alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan.
“Suatu alat ukur dikatakan memilki
reliabilitas apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau
oleh peneliti yang lain namun tetap meberikan hasil yang sama” (Forcese dan
Ritcher, 1973:71).
Tinggi rendahnya reliabilitas secara
empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas.
Besarnya koefisien ini berkisar antara 0,00-1,00, namun dalam kenyataanya
koefisien tidak pernah sampai 1,00.
Teknik perhitungan koefisien reliabilitas
yang digunakan disini adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach, yang dihitung dengan rumus berikut:
Sekumpulan pertanyaan yang untuk megukur
sebuah variable dikatakan reliable dan berhasil mengukur variabel yang kita
ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,70 (Sugiyono
2004:135)
Sumber:
Effendy, Onong Echyana. 2003. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Cet.
Ke-3. Citra Aditya Bakti: Bandung, 2003
Kotler, Philip, 1998. Manajemen Pemasaran Jilid 1, Prenhalindo: Jakarta
Rakhmat, Jalaludin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya