Hampir semua
warga Banten pasti tidak asing dengan Tradisi Panjang Mulud, tradisi yang
diadakan setiap satu tahun sekali untuk memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh instansi Pemerintahan,
namun juga oleh sebagian besar kampung di Propinsi Banten. Tradisi Panjang
Mulud yang telah diangkat Pemerintah ini terus dipertahankan oleh para
masyarakat khususnya di daerah Serang, termasuk di Kampung Saya, Kebon Jahe. Kebetulan
Saya sedang libur kuliah, sehingga bisa mengikuti kegiatan ini. Kemarin adalah
pengalaman pertama Saya mendapatkan kesempatan untuk memotret pengalaman
mengikuti Tradisi Panjang Mulud hingga selesai.
Tradisi Panjang
Mulud di Kebon Jahe biasanya dilakukan seusai solat dhuhur di Masjid Raudatul
Mutaqin, masjid yang menjadi kebanggaan warga. Kegiatan yang rutin dilakukan
setiap tahun ini agak berbeda dengan Tradisi Panjang Mulud di kebanyakan tempat.
Jika di tempat lain ‘Panjang’ diarak lalu didoakan, ada yang unik dari Tradisi
Panjang Mulud di Masjid ini. Sebagain Panjang ‘didoakan dijalan’. Kegiatan ini
merupakan kerja sama dari semua warga Kebon Jahe, termasuk pemudanya.
Warga biasa
menyebut hasil ngeropok(makan yang
dibagikan) dengan sebutan ‘berkat’. ‘Berkat’ ini diutamakan bagi para tamu,
kemudian mustahik dan warga. Setelah semua tamu mendapatkan ‘berkat’, barulah
‘berkat’ dibagikan ke Warga Kampung. Masjid Raudatul Mutaqin terletak di jalur
perlintasan, yang tentu saja mengundang banyak perhatian masyarakat kampung
lain. Sehingga wajar saja, jika antusiasme untuk berbaur dalam tradisi ini pun
sangat terlihat.
Tradisi Panjang
Mulud diawali dengan dzikir dan doa. Dzikir dan doa merupakan kegiatan untuk
keberkahan dan sebagai rasa cinta warga kepada Rasulullah SAW. ‘Panjang’ diarak
oleh Panitia ke Masjid, tidak lupa diiringi alat musik Terbang khas Banten. Sebelumnya,
‘Panjang’ dikumpulkan di satu titik di setiap RT. Kebon Jahe terdiri dari enam RT,
sehingga Panitia harus mengunjungi enam RT bergantian untuk membawa ‘Panjang’
ke Masjid. Untuk menyambut panitia yang akan mengarak ‘Panjang’, warga akan menyalakan
rentetan petasan sebagai ucapan selamat datang dari warga RT sebelum ‘Panjang’
diarak ke Masjid. Sebagian ‘Panjang’ yang diarak, didoakan di Masjid kemudian
diberikan kepada para tamu, sebagian lagi ‘didoakan dijalan’ sebagai salah satu
upaya mengurai kepadatan warga yang telah berkumpul menunggu ‘berkat’. Jadi setelah
‘Panjang’ yang didoakan di jalan itu tiba di Masjid, Panitia segera mengambil
isinya untuk dikumpulkan lalu dibungkus oleh Panitia divisi lain untuk
dimasukan kedalam pelastik dan segera dibagikan kepada warga yang mengantri. Kampung
Saya memiliki program ‘seribu berkat’, yaitu mencabut ‘panjang’ dari bakul lalu
dimasukan kedalam plastik sebanyak seribu buah untuk dibagikan kepada warga
sekitar, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa semua berkumpul dalam tradisi
satu tahun sekali ini.
Semoga kegiatan
Tradisi Panjang Mulud tetap dilestarikan oleh warga Kebon Jahe, Serang,
terutama para pemuda untuk terus ikut andil dalam Tradisi ini untuk mempererat
silaturahmi antarwarga, karena kegiatan ini bukan hanya ritual adat yang
dilakukan untuk merayakan kelahiran Rasul, namun jua untuk saling mengenal,
toleransi, kerja sama antar warga, dan hal positif lainnya.
Petasan dinyalakan sebagai
isyarat tanda ‘Panjang’ akan diarak
Anak –anak ikut mengangkati ‘Panjang’
'Panjang' sedang diarak menuju masjid
Panitia sedang mencabut 'panjang'
Panitia
sedang membuat seribu ‘berkat’
Pembuatan
seribu ‘berkat’ untuk Warga
Anak-anak mendapat 'panjang'
Mendapat 'panjang'
No comments:
Post a Comment