Wednesday, 4 April 2012

Ringkasan Bab 3 Buku Psikologi Komunikasi karya Pak Jalaludin Rakhmat


BAB 3
SISTEM KOMUNIKASI INTRA PERSONAL
Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Perepsi ialah proses member makna pada sensasi sehingga manusia memeroleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi untuk memengaruhi kebutuhan atau memberikan respons.
3.1 Sensasi
Sensasi adalah tahap palinga awal dalam penerimaan informasi. Sensasi berasal dari kata “sense”, artinya alat penginderaan, yang menghubungkan organism dengan lingkungannya. Dennis Coon (1977: 79) mengatakan “bila alat-alat indera mengubah informasi menjad impuls-impuls saraf ---dengan ‘bahasa’ yang dipahami (‘komputer’) otak--- maka terjadilah proses sensasi.” Sedangkan Benyamin B.Wolman (1973: 3443) menuliskan “sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
            Seorang filusuf bernama John Locke beranggapan bahwa there is nothing in the mind except what wa first in the sense(tidak ada apa-apa dalam jiwa kita kecuali harus lebih dulu lewat alat indera). Filusuf lain, Berkeley, beranggapan bahwa andaikan  kita tidak mempunyai alat indera, dunia tidak akan ada.
            Psikologi menyebut sembilan (bahkan ada yang menyebut sebelas) alat indera: penglihatan, pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperature, rasa sakit, perasa, dan penciuman. Kita dapat mengelompokkannya pada tiga macam indera penerima, sesuai sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri individu sendiri(internal). Informasi dari luar diinderai oleh ekseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh interoseptor(misalnya, sistem peredaran darah). Selain itu gerakan tuhuh kita sendiri diindera oleh proprioseptor (misalnya, organ vestibular).
            Apa saja yang menyentuh alat indera disebut stimulus. Stimulus yang diubah menjadi energi saraf disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera, stimulus harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimulus disebut ambang mutlak (absolute threshold).
            Ketajaman sensasi ditentukan oleh faktor-faktor personal. Brakesley, seorang peneliti mengatakan “we live in different taste worlds”. Perbedaan sensasi dapat disebabkan oleh perbedaan pengalaman atau lingkungan budaya, disamping kapasitas alat indera yang berbeda. 
3.2 Persepsi
            Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Ada yang dinamakan kekeliuan persepsi, ada salah persepsi. Kekeliruan persepsi dapat dicontohkan jika anda memanggil teman sekelas anda, namun ternyata orang itu ternyata adalah orang asing yang baru anda kenal. Kesalahan persepsi dicontohkan ketika saya mengucapkan kata “nasi”, tetapi Anda mendengar “asi”.
            Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krench dan Richard S. Crutchfield (1977: 235) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor lainnya yang sangat mempengaruhi persepsi, yakni perhatian
3.2.1 Perhatian (attention)
Kennetth E. Andersen (1972:46) mendefinisikan “perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah”. Perhatian terjadi bile kita mengonsentrasiakn diri pada salah satu alat indera kita, dan mengenyampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.
Faktor Eksternal Penarik Perhatian
Stimulius diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimulus, kebaruan, dan perulangan. Perulangan mengandung unsure sugessti. Emil Dofivat (1968), tokoh aliran publistik  Jerman, menyebut perulangan sebagai satu diantara tiga prinsip pnting dalam menaklukkan massa.
Dofivat menyebut tiga prinsip dalam menggerakkan massa (die Grundgesetze der Masssenfuhgung):
1.    Die Geistige Vereinfachung: tema-tema yang disampaikan harus disajikan dengan bahasa yang sederhan dan jelas.
2.    Die hammernde Weiderhoulung: gagasan yang sama diulang-ulangberkali-kali dengan cara penyajian yang mungkin beraneka ragam. Dofivat mengutip Al dous Huxley dalam brave New World bahwa kebenaran adalah kebohongan diaklikan dengan 62.000.
3.    Die gefuhlmassige stigerung: Penggunaan emosi secara intensif. Emosi itu antara lain kebencian, rasa belas kasihan, perasaan bersalah, keinginan menonjol (Dofivat, 1968: 114-164).
Faktor Internal Penarik Perhatian
·         Faktor-faktor biologis
·         Faktor-faktor sosiopsikologis
·         Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan, mempengaruhi apa yang kita perhatikan.
Kenneth E. Andersen (1972:51-52) menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.
1)    Perhatian itu merupakan proses yang harus aktifa dan dinamis, bukan pasif dan refleksif.
2)    Kita cenderung memerhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri kita.
3)    Kita menaruh perhatian pada hal-hal tertentu
4)    Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita.
5)    Dalam situasi tertentu, kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan timuli tertentu yang ingin ita abaikan.
6)    Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi kita.
7)    Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita.
8)    Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.
9)    Intensitas perhatian tidak konstan.
10) Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.
11) Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimuli mungkin akan berhenti.
12) Kita mampu menaru perhatian pada berbagai stimuli secara serentak.
13) Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian.
3.2.2      Faktor-Faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus. Nilai sosial satu objek bergantung pada kelompok sosial orang yang menilai. Disini, Krench dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memengaruhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
Kerangka Rujukan (Frame of Reference)
·         Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukkan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergatung pada rangkaian objek yang dinilainya.
·         Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan memengaruhi bagaimana orang member makna pada pesan yang diterimanya.
·         Menurut McDavid dan Harari (1968:140), para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.
3.2.3      Faktor-Faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Menurut teori Gestalt, bila kita memersepsi sesuatu, kita memersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Menurut Kohler, “… de afzonderlijke veldgebieden (van het waarnemingsveld) in dynamische samenhang (d.w.z. in wissel-werking) staan endat dientegevolge de eigen dynamisch dinnen deze samenhang de veerdeling van het gegeuren en van zijn plaatselijke hoedaningheid mede bepaalt” (Menicke, 1957:79). Maksudnya, jika kita ingin memehami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami sesorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya. Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua: Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.
      Gestalt memiliki prinsip yang disebut principles of similarity. Kebudayaan juga berperan dalam melihat kesamaan. Dalam komunikasi, dlil kesamaan dan kedekata sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya. Ia menghubungkan dirinya atau mengakrabkan dirinya dengan orang-orang yang mempunyai prestise tinggi, maka terjadilah sebutan gilt by association (cemerlang kerena hubungan) atau guilt by association (bersalah karena hubungan).
      Jadi kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimulus ditanggap sebagai bagian ari struktur yang sama. Menurut Krech dan Crutchfield, kecenderungan untuk mengelompokkan stimulus berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.
3.3      Memori
Schlessinger dan Groves (1976: 352) mendefinisikan “memori adlaah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.”
Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan dimana. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan Rosenzweig, 1973:499)
3.3.1 Jenis-jenis memori
Kita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap yang pertama. Kita hanya mengetahui memori pada tahap ketiga: pemanggilan kembali. Pemanggilan diketahui dengan empat cara:
1)    Pengingatan (Recall). Pengingatan adalah proses aktif untuk menghasilakan kembali fakta dan informasi secara vervbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.
2)    Pengenaln (Recognition)
Pilihan berganda (multiple-choice) dalam tes objektif menuntut pengenalan, bukan pengingatan.
3)    Belajar lagi (Relearning).
Mempelajari yang sudah pernah dipelajari akan lebih cepat.
4)    Redintegrasi (Redintegration).
3.3.2      Mekanisme Memori
Ada tiga teori yang menjelaskan memori: teori aus, teori interferensi, dan teori pengolahan informasi.
Teory Arus (Disuse Theory)
Menurut teori ini, memori hilang atau memudar karena waktu. Willism James, juga Benton J.Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorzize” ---makin sering mengingat makin jelek kemampuan mengingat (Hunt, 1982: 94).
Teori Interferensi (Interference Theory)
Menurut teori ini, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Jika misalnya dalam kanvas itu terekam hukum relativitas dan segera setelah itu Anda mencoba merekam hukum medan gabungan , Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman yang pertama atau mengaburkannya. Ini disebut interferensi.
            Inhibisi retroaktif (hambatan ke belakang) terjadi jika kita misalnya kita menghafal halaman pertama dalam kamus Inggris-Indonesia, lalu berhasil. Kemudian menghafal halaman kedua, berhasil juga. Akan tetapi yang diingat pada halaman pertama berkurang. Inilah yang disebut inhibisi retroaktif.
            Lebih sering mengingat, lebih jelek daya ingat kita. Ini disebut inhibisi proaktif (hambatan ke depan). Masih ada satu hambatan lagi ---walaupun tidak tepat masuk teori interferensi, disebut hambatan motivasional. Psikologi klinik membuktikan bahwa peristiwa-peristiwa yang “melukai” hati kita cenderung dilupakan. Freud mengasali lupa pada proses represi yang berkaitan dengan cemas atau ketakutan. Amnesia bisa terjadi karena gangguan fisik atau psikologi; karena kerusakan otak atau neurosis. Sebaliknya, sesuatu yang penting menurut kita, yang menarik perhatian kita, yang memengaruhi kebutuhan kita, akan mudah kita ingat. Ini pengaruh faktor personal dlam memori.
Teori Pengolahan Informasi (Information Theory)
Secara singkat, teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory  (STM, memori jangka pendek); lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long-term memory (LTM, memory jangka panjang).
            Sensory storage lebih merupakan proses perseptual daripada memori. Ada dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Sensory storage menyebabkan kita meliahat rangkaina gambar seperti bergerak, ketika kita menonton film.
            Informasi harus disandi (encoder) dan masuk pada short-term memory. STM sangat terpengaruh interferensi. STM hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi. Jumlah bit informasi ini disebut rentangan memori (memori span). Untuk mengingatkan kemempuan STM, para psikolog menganjurkan kita untuk memngelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.
            Ingatan adalah abila informasi yang berhasil dipertahankan pada STM masuk kedalam LTM. LTM meliputi periode penyimpanan informasi sejak emenit sampai seumur hidup. Kita dapat memasukkan informasi dari STL ke LTM dengn chunking(membagi dalam beberapa chunk), rehearsals (mengaktifkan STM untuk waktu yang lama dengan mengulang-ulangnya), clustering (mengelompokkan dalam konsep-konsep), atau methodde of loci (memvisualisasikan dalam benak kita materi yang harus kita ingat).
3.4 Berpikir
3.4.1 Apakah Berpikir Itu?
Dalam berpikir, kita melibatkan semua proses yang telah disebutkan, yaitu sensasi, persepsi, dan memori.
Dalam memecahkan suatu masalah, pikiran menggunakan
·         Gambaran, yang disebut images atau citra oleh Marx (1976) dan Coon (1977); disebut juga graphic symbols atau lambang srafis (Fuch, 1967).
·         Lambang verbal (verbal symbols)
“Berpikir merupakan manpulasi atau organisasi unsure-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang sehingga tidak perlu langsung melakuakan kegiatan yang tampak,” kata Floyd L. Ruch. Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, “The term ‘thinking’ refers to many kind of activities that involve the manipulation of concepts and symbols, representations of objects and events” (1973:410). Jadi, berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa.
Hannah Arendt dalam karya terakhirnya Thinking, mengatakan bahwa manusia tidak dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa atau lambang-lambang verbal. “Thought without speech is inconceivable”, katanya. Galton, Faraday, Einstein, dan beberapa ilmuan terkenal lain melaporkan bahwa mereka memecahkan masalah-masalah ilmiah dengan citra visual, dan baru kemudian menerjemahkan pikiran merekan kedalam kata-kata. Berpikir kita lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Anita Taylor et al. mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan. Thinking is an inferring process (Taylor et al. 1977:55)
3.4.2 Bagaimana Orang Berpikir?
Ada dua macam berpikir :
·         Berpikir austik, mungkin lebih tepat disebut melamun. Contohnya fantasi, mengkhayal, wishful thinking.
·         Berpikir realistic, disbut juga nalar (reasoning), ialah berpikit dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Floyd L.Ruch menyebut tiga macam berpikir realistik: deduktif, induktif, evaluative (Ruch, 1967:336).
Berpikir deduktif ialah mengambil kesimpulan dari dua pernyataan; yang pertama merupakan pernyataan umum. Dalam logika, disebut juga silogisme. Berpikir induktif dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudaian menarik mengambil kesimpulan umum, kita melakukan generalisasi. Berpikir evaluative ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat atau tidaknya suatu gagasan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.
Menurut perkembangan mutakhir psikologi kognitif, manusia lebih sering berpikir tidak logis daripada berpikir logis seperti berpikir deduktif. Kata Morton Hunt, berpikir logis bukanlah kebiasaan kita atau hal yang alamiah. Cara berpikir yang menurut kaidah logika tidak valid, yang biasanya kita lakukan, justru berjalan agak baik dalam kebanyakan situasi sehari-hari. Berpikir tidak logis ternyata lebih praktis, efisien, dan bermanfaat. Terkenal ucapan Wason dan Johnsohn-Laird, “At best we can all think like logicians; at worst, logicians all think like us” (Pada keadaan terbaik, kita semua dapat berpikir seperti ahli logika; dalam keadaan terbaik, kita sema dapat berpikiir seperti ahli logika; dalam keadaan terjelek, ahli logika semua berpikir seperti kita).
Berpikir analogis; umumnya menggunakan perbandingan atau kontras. Robert J. Stenberg, psiolog dari Yale, menulis “kita berpikir secara analogis setip kali menetapkan keputusan tentang sesuatu yang baru dalam pengalaman kita, dengan menghubungkannya pada sesuatu yang sama pada masa lalu. Bila kita membeli ikan mas, karena kita menyukai ikan mas yang dulu, atau jika kita mendengar nasihat kawan, karena dahulu nasihatnya benar, kita berpikir secara analogis.”
Berpikir analogis yang tidak logis paling sering digunakan untuk menetapkan keputusan, memehkan soal, dan melahirkan gagasan baru.
3.4.3 Menetapkan Keputusan (Decision Making)
Salah satu fungsi berpikir ialah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita ambil beraneka ragam. Akan tetapi, ada tanda-tanda umumnya: (1) keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternative; (3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh diditangguhkan atau dilupakan.
            Faktor persona amat menentukan apa yang diputuskan, antara lain kognisi, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Pada kenyataannya, kgnisi, motif, dan sikap berlangsung sekaligus.
3.4.4 Memecahkan Persoalan (Problem Solving)
            Proses memecahkan persoalan langsung melalui lima tahap (tentu, tidak sesalu begitu!)
(1)  Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu.
(2)  Mencoba menggali memori untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada pasa yang lalu.
(3)  Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah diingat atau yang dapat dipikirkan
(4)  Mulai menggunakan lambang-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi masalah.
(5)  Tiba-tiba terlintas dalam pikiran suatu pemecahan. “Aha, sekareng saya tahu, teman saya tersinggung karena ucapan saya.. Saya harus meminta maaf.” Kilasan pemecahan ini disebut Aha Erlebnis (pengalaman Aha), atau lebih lazim disebut insight solution.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Pemecahan Masalah
Seperti perilaku manusi yang lain, pemecahan masalah dipengaruhi faktor-faktor situasional dan personal. Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh faktor-faktor biologis terhadap  proses pemecahan masalah. Faktor biologis dan sosiopsikologis puun memengaruhinya, seperti
(1)   Motivasi. Motivasi yang rendah mengalahkan perhatian. MOtivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas
(2)   Kepercayaan dan sikap yang salah. Sikap yang defensive akan cenderung menolak informasi baru, merasionalisasikan kekeliruan, dan memepersukar penyelesaian.
(3)   Kebiasaan. Kecenderungan untuk mempertahankan pola berpikir tertentu. “. . . cara berpikir yang ditandai oleh emacam kekuranghormatan pada jawaban-jawaban lama, aturan yang mapan, atau prinsp-prinsip yang sudah diterima. Semuanya tidak dipandang sebagai otoritas yang final dan mutlak, melainkan diterima sebagai generalisasi yang kini berguna, tetapi satu saat mungkin dibuang atau direvisi jika obervasi yang baru gagal mendukung generalisasi tersebut” (Berrien.1951:45).
3.4.5 Berpikir Kreatif (Creative Thinking)
Apa itu kreativitas?
Berpikir kreatif, menurut James C.Coleman dan Cousstance L.Hamen (1974:452), adalah “thinking which produces new concepts, new understandings, new inventions, new work of art.”
Berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat. Pertama, kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, atau yang secara statistik sangat jarang terjadi. Kedua, dapat memecahkan persoalan secara realistis. Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang original, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin (MacKinnon, 1962:485)
Ketika berpikir kreatif, jenis berpikir yang paling sering dipergunakan adalah berpikir analogis. Guilford membedakan antara berpikir kreatif dan ta kreatif dengan konsep berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen ialah kemampuan untuk memberiakn satu jawabanyang tepat pada pertanyaan yang diajukan. Kata Guilford, orang kreatif ditandai dengan pola berpikir divergen, yakni mencoba menghasilkan sejumlah kemungkinan jawaban. Bepikir konvergen erat kaitannya dengan kecerdasan; divergen, dengan kreativitas. Berpikir divergen dapa diukur dengan fluency, flexibility, dan originality.
Orang kreatif ternyata berpikir analogis; mereka mampu melihat berbagai hubungan yang tidak terlihat oleh orang lain. Berpikir analogis orang kreatif ditandai oleh sifatnya yang luar biasa, aneh, dan kadang-kadang tidak rasional. Ada yang mengatakan bahwa orang kreatif biasanya agak gila. Orang kretif melakukan loncatan pemikiran yang memperdalam dan menjelaskan pemikiran. Geeorge Lakoff dan Mark Johnson menjelaskan pemikiran kreatif berhasil memperluas cakrawala pemikiran. Berpikir kreatif adalah berpikir analogis-metaforis.
Proses Berpikir Kreatif
Para psikolog menyebutkan lima tahap berpikir kreatif.
(1)  Orientasi: Masalah  dirumuskan, dan aspek-aspek masalah diidentifikasi
(2)  Preparasi: Pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
(3)  Inkubasi: Pikiran beristirahat sebentar, ketika berbagai pemecahan berhadapan dengan jalan buntu. Pada tahap ini, proses pemecahan masalah berlangsung terus dalam jiwa  bawah sadar kita.
(4)  Iluminasi: Masa inkubasi berakhir ketika pemikir memeroleh semacam ilham, serangkaian insight yang memecahkan masalah. Ini menimbulkan Aha Erlebnis.
(5)  Verivikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang diajukan pada tahap keempat.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Berpikir Kreatif
            Berpikir kreatif tumbuh subur bila ditunjang oleh faktor personal dan situasional. Orang-orang kreatif memiliki temperamen yang beraneka ragam. Walaupun demikian, ada beberapa faktor yang secara umum menandai orang-orang kreatif (Coleman dan Hammen, 1974:455):
1)    Kemampuan kognitif
2)    Sikap yang terbuka
3)    Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri
Butir nomor 3 membawa kita pada faktor-faktor situasional yang menyuburkan kreativitas. Berpikir kreatif hanya berkembang pada masyarakat yang terbuka,  menghargai kesetiaan primordial, tetapi membunuh prestasi yang menonjol, sukar untuk melahirkan pemikiran-pemikiran kreatif.
            Selain faktor-faktor lingkungan psikososial, beberapa penelitian menunjukkan juga adanya faktor-faktor situasional lainnya. Maltzman (1960) menunjukkan faktor peneguhan dari lingkungan; Dutton (1970) menyebut terjadinya hal-hal istimewa bagi manusia kreatif; dan Silvano Arieti menekankan faktor isolasi dalam menumbuhkan kreativitas (Hunt, 1982:308)

3 comments:

  1. makasih banyak Min...gua pegel banget, harus ngerangkum 1 buku...keren dah pokoknya...

    ReplyDelete
  2. tnakyou banget udah sharing :). btw nge rangkum yang bab 2 juga ga? hehe

    ReplyDelete
  3. makasih banyak ya min ngebantu banget tugas kuliah kalo lagi deadline :D

    ReplyDelete