Tuesday 26 February 2013

Tradisi Panjang Mulud digelar sebagai wujud cinta pada Rasulullah


Hampir semua warga Banten pasti tidak asing dengan Tradisi Panjang Mulud, tradisi yang diadakan setiap satu tahun sekali untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh instansi Pemerintahan, namun juga oleh sebagian besar kampung di Propinsi Banten. Tradisi Panjang Mulud yang telah diangkat Pemerintah ini terus dipertahankan oleh para masyarakat khususnya di daerah Serang, termasuk di Kampung Saya, Kebon Jahe. Kebetulan Saya sedang libur kuliah, sehingga bisa mengikuti kegiatan ini. Kemarin adalah pengalaman pertama Saya mendapatkan kesempatan untuk memotret pengalaman mengikuti Tradisi Panjang Mulud hingga selesai.
Tradisi Panjang Mulud di Kebon Jahe biasanya dilakukan seusai solat dhuhur di Masjid Raudatul Mutaqin, masjid yang menjadi kebanggaan warga. Kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahun ini agak berbeda dengan Tradisi Panjang Mulud di kebanyakan tempat. Jika di tempat lain ‘Panjang’ diarak lalu didoakan, ada yang unik dari Tradisi Panjang Mulud di Masjid ini. Sebagain Panjang ‘didoakan dijalan’. Kegiatan ini merupakan kerja sama dari semua warga Kebon Jahe, termasuk pemudanya.
Warga biasa menyebut hasil ngeropok(makan yang dibagikan) dengan sebutan ‘berkat’. ‘Berkat’ ini diutamakan bagi para tamu, kemudian mustahik dan warga. Setelah semua tamu mendapatkan ‘berkat’, barulah ‘berkat’ dibagikan ke Warga Kampung. Masjid Raudatul Mutaqin terletak di jalur perlintasan, yang tentu saja mengundang banyak perhatian masyarakat kampung lain. Sehingga wajar saja, jika antusiasme untuk berbaur dalam tradisi ini pun sangat terlihat.
Tradisi Panjang Mulud diawali dengan dzikir dan doa. Dzikir dan doa merupakan kegiatan untuk keberkahan dan sebagai rasa cinta warga kepada Rasulullah SAW. ‘Panjang’ diarak oleh Panitia ke Masjid, tidak lupa diiringi alat musik Terbang khas Banten. Sebelumnya, ‘Panjang’ dikumpulkan di satu titik di setiap RT. Kebon Jahe terdiri dari enam RT, sehingga Panitia harus mengunjungi enam RT bergantian untuk membawa ‘Panjang’ ke Masjid. Untuk menyambut panitia yang akan mengarak ‘Panjang’, warga akan menyalakan rentetan petasan sebagai ucapan selamat datang dari warga RT sebelum ‘Panjang’ diarak ke Masjid. Sebagian ‘Panjang’ yang diarak, didoakan di Masjid kemudian diberikan kepada para tamu, sebagian lagi ‘didoakan dijalan’ sebagai salah satu upaya mengurai kepadatan warga yang telah berkumpul menunggu ‘berkat’. Jadi setelah ‘Panjang’ yang didoakan di jalan itu tiba di Masjid, Panitia segera mengambil isinya untuk dikumpulkan lalu dibungkus oleh Panitia divisi lain untuk dimasukan kedalam pelastik dan segera dibagikan kepada warga yang mengantri. Kampung Saya memiliki program ‘seribu berkat’, yaitu mencabut ‘panjang’ dari bakul lalu dimasukan kedalam plastik sebanyak seribu buah untuk dibagikan kepada warga sekitar, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa semua berkumpul dalam tradisi satu tahun sekali ini.
Semoga kegiatan Tradisi Panjang Mulud tetap dilestarikan oleh warga Kebon Jahe, Serang, terutama para pemuda untuk terus ikut andil dalam Tradisi ini untuk mempererat silaturahmi antarwarga, karena kegiatan ini bukan hanya ritual adat yang dilakukan untuk merayakan kelahiran Rasul, namun jua untuk saling mengenal, toleransi, kerja sama antar warga, dan hal positif lainnya.
  
          Petasan dinyalakan sebagai isyarat tanda ‘Panjang’ akan diarak

Anak –anak ikut mengangkati ‘Panjang’ 

'Panjang' sedang diarak menuju masjid


 Alat musik 'terbang' sedang dimainkan sebagai pengiring

                 Panitia sedang mencabut 'panjang'

 Panitia sedang membuat seribu ‘berkat’ 
                                                                                                                                             Pembuatan seribu ‘berkat’ untuk Warga

Anak-anak mendapat 'panjang'
                              Mendapat  'panjang'