Secara
garis besar ciri-ciri masyarakat pers dan wartawan kita adalah
1. Dari
Wartawan Jihad ke Wartawan Komprehensif.
Bagi pers, berjihad berarti menentang korupsi,
penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, ketidakadilan, feodalisme dalam sikap
manusia.Jurnalisme yang demikian tertera pada keberanian, kejelasan, dan sikap
berpihak dalam meliput suatu persoalan, yang cenderung melihat suatu persoalan
dengan kacamata dan konteks hitam-putih.Jurnalisme ini kemudian melahirkan investigative report.
Sejalan dengan perkemabangan zama, pers berubah dan
menyadari bahwa persoalan-persoalan pembangunan semakin kompleks dan tidak
dapat ditinjau dari satu sisi saja. Liputan pers dewasa ini daprat dikatakan liputan
komprehensif, yang disusun dengan tim dan rencana, yang melihat permasalahan
secara utuh dan mengundang pendapat dari berbagai sisi.
2. Dari
Sepatu Karet sampai Sepatu Kulit
Mada lalu, wartawan identic dengan pakaian lusuh,
sepatu karet, rambut kusut, dan kamera.Namun kini berbeda, wartawan sudah
berpendidikan. Mereka menggunakan pakaian lusuh dan sepatu karet bila
ditugaskan meliput daerah kumuh, atau tempat-tempat umum lain,.Untuk meliput
dunia usaha, wartawan sudah memerhatiak tuntutan situasi.Kalaupun tidak, itu
dilakukan karena tuntutan waktu atau ketidaklaziman saja. Di kanto-kantor
redaksi surat kabar dan majalah, dapat dilihat jelas bahwa di samping computer
tergantung setelan jas dan dasi yang dapat dipergunakan kapan saja.
3. Wartawan
Tidak Menyukai Protokoler
Wartawan ingin leluasa keluar masuk dan menemui
siapa saja tanpa dihalang-halangi.Tidak dipatuhinya protocol maupun prosedur,
umumnya karena hal-hal itu dirasakan sebagi hambatan yang tidak netral dan
muncul dari orang-orang yang tidak mengerti pekerjaan wartawan.
4. Wartawan
Dikejar Deadline
Wrtawan apapun pasti dikejar deadline.Sebelum deadline, wartawan
sudah harus menyerahkanlaporan tertulisnya kepada editor untuk diproses bersma
laporan lainnya. Karene deadline, wartawan
akan mengejar terus sumber beritanya. Terkadang wartawan tidak memerlukan
jawaban panjang.Namun terkadang pula wartawan dating dengan setumpuk pertanyaan
sehingga sumber berita memerlukan waktu merumuskan jawaban bersama praktisi
PR-nta.
5. Wartawan
Menyukai Relationship (Persahabatan)
Banyak orang masih tertutup dan takut berhubungan
dengan wartawan karena takut wartawan kan mempublikasikan hal-hal yang
menyangkut pribadi. Wartawan professional adalah wartawan yang bias membedakan
mana pekerjaan jurnalistik dan mana yang bukan.Wartawan adalah kumpulan orang
yang senang bersahabat.Wartawan butuh dikunjungi dan diajak berdialog.
6. Bad News is Good News
Jurnalis Andrew Boyd menyebut bahwa bad news makes good copy. Akan tetapi
pers tetap mempunyai suara hati yang mendasari pekerjaan pers. Penyiar televisi
tidak mengkin tertawa saat membacakan berita duka.Deminian pula dengan wartawan
media cetak.Tetapi, perlu diketahui bahwa media menyukai drama, dan inti dari
dram adalah konflik. Wartawan akan selalu tertarik denagn controversial issues, yang memengaruhi pembacanya. Mereka akan
terbuka terhadap reaksi para pelaku atas isu tersebut.
7. Wartawan
(Tak) Menyukai Amplop
Kode etik jurnalistik Indonesia mengatakan bahwa
wartawan tidak diperkenankan menerima apapun dari sumber beritanya, yang
memengaruhi objektivitasnya.Akan tetapi dunia usaha tidak berniat mendidik
pers, akhirnya amplop dalam liputan pers menjadi persoalan dilematis.Profesi
yang mulia ini merasa terhina bila dihargai sebesar itu, namu wartawan menyukai
persahabtan, bukan konflik.
8. Pers
Hidup dari Iklan
Selain berkuasa, pers juga berkepentingan terhadap
kehidupan dunia usaha.Makin tumbuh dunia usaha, makin besar pers menerima
iklan.Makin besar penerimaan, makin tinggi derajat seorang jurnalis.
9. Wartawan
Menyukai Ekslusivitas
Konferensi pers memang menarik minat wartawan,
tetapi memeberi kesempatan yang sama kepada wartawan sangat kurang menantang,
terutama bagi Koran besar. Wartwan kurang menyukai kesempatan wawancara yang
diberikan kepadanya bersamaan dengan wartawan media lain tanpa
sepengetahuannya. Cara demikian amat tidak disarakan, kecuali bila tokoh yang
diwawancarai amat penting.
10. Wartawan
Membela yang Tertindas
Kunci pekerjaan profesi wartawan adalah hati nurani.
Hati nurani wartawan biasanya akan muncul bila mereka menyaksikan penindasan
yang sewenang-wenang dari yang berkuasa atau yang memiliki uag. Pers selalu
berpihak kepada yang lemah.Pembelaan ini jauh dari motif-motif politik karena
wartawan bukanlah aktor politik melainkan hanya menyuarakan hati nuraninya.
11. Wartawan
Semakin Berpendidikan
Selain menyukai persahabatan, para wartawan juga
tidak semata-mata bertanya, mereka akan mengulas, berdiskusi, dan memberi
solusi. Semakin berpendidikan seorang wartawan, ia akan semakin kritis dan
membenci senssi. Ini juga berarti akan semkin mahal nilai seorang jurnalis di
tengah masyarakat.
Haruskah
Menolak Wawancara?
Berita yang ditulis mempunya dua kemungkinan, yaitu
pemerkaya dan kesalahan. Buku-buku PR menjawab dunia usaha tidak perlu menutup
diri dari pers. Namun praktek PR menunjukkan sejumlah kasus “silent is golden”. Selain itu juga sumber berita terkadang
membuat kesalahan dan terpancing sehingga mengungkapkan hal-hal yang tidak
perlu yang malah membuat persoalan baru yang lebih berat.
Keadaan yang menyebabkan seseorang dalam perusahaan
menolak menerima wartawan untuk wawancara :
1.
Low
Profile.
Perusahaan
mengira low profile merupakan cara
yang aman untuk mencapai puncak tangga. Gaya ini umumnya diperankan oleh mereka
yang percaya bahwa network dan
hubungan pribadi lebih penting daripada sikap terbuka.
2. Tidak
Pandai Berbicara
Salah satu penyebab seseorang tidak banyak memberi
kesempatan wawancara pada pers adalah karena ketidakpandaiannya berbicara atau
berdiplomasi kepada pers. Seseorang mungkin pandai dalam satu hal, berdagang
misalnya, namu tidak pandai dalam hal berbicara.
3. Tidak
Memiliki Penasihat
Karena tidak ada yang memberi gambaran tentang medan
yang dihadapi(bagaimana keadaan media, rubrikyang memuat, bagaimana pengaruh
media, siapa wartawan itu, dan apa motifnya), tokoh-tokoh dunia usaha enggan
melayani pers.
4. Benar-benar
Tidak Ada Waktu
Jadwal kerja yang sangat padat dan terikat membuat
seorang pengusaha/manajer membatasi diri dari kunjungan pers. Sementara
sekretaris umumnya hanya mempunyai jadwal bosnya pada jam-jam kerja, padahal
wartawan bekerja selama 24 jam dan bersedia menemui sumber berita dimana saja.
Informasi
dari Sumber Lain
Ketika sumber berita tidak bersedia diwawancarai,
biasanya pers menghubungi sumber lain. Sumber berita dari luar umumnya tidak
dapat dikendalikan dan tidak dapat diminta berbicara sesuai kehendak sumber
utama.
Semakin rumit(kompleks) dan demikian tidak stabil
lingkungan yang dihadapi perusahaan, semakin banyak sumber berita lainnya yang
tidak dapat dikendalikan dan akan berbicara negatif. Kadang-kadang upaya itu
dilakukan pers untuk memancing agar sumber berita bersedia melakukan bantahan
dan keluar dari persembunyiannya.Bagi pers, sumber yang tersembunyi menandakan
bahwa ada sesuatu yang tidak beres, itu lah konflik, inti dari drama. Pers akan
mengejarnya.
Pembaca
Judul
Membuat judul bagi masyarakat pers adalah suatu
pekerjaan kreatif yang diarahkan untuk mengangkat nilai penjualan media tersebut.
Judul yang tendensius bisa menyesatkan dan biasanya terjadi karena media tidak
mendapatkan gambaran yang utuh tentang suatu permasalahan.
Bantuan
Praktisi Public Relations
Karena ancaman yang timbul dari hubungan dengan
media cukup serius, perusahaan memerlukan bantuan praktisi PR untuk melindungi figure
perusahaan dari kesalahan. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh PR antara lain :
·
Membuat hubungan yang mesra dengan pers
PR dapat membuka jalan masuk ke media dengan
mengenal editor dan wartawan di berbagai media.Bila suatu saat membutuhkan,
keduanya dapat segera membantu tanpa melalui prosedur formal yang memakan
waktu.
·
Mendidik pimpinan agar bersedia menjadi public figure
Tidak dapat dihindari bahwa pemimpin puncak (bahkan
manajer menengahnya) akan menjadi public
figure. Tugas praktisi PR disini adalah mempersiapkan para eksekutifnya
agar tahu kepada siapa mereka berbicara dan apa akibatnya terhadap citra
perusahaan secara menyeluruh.
·
Mengatur pertemuan dengan pers
PR dapat menentukan siapa sumber yang layak ditemui
oleh wartawan di perusahaannya dan mengatur jadwal untuk wartawan.PR bertindak
sebagai moderator dan mendampingi sumber berita, tidak bertindak terlalujauh
sampai memborong jawaban yang diajukan.PR harus melatih sumber berita untuk
menjawab pertanyaan wartawan sebelum wawancara.
·
Memberitahukan hak-hak sumber berita
Praktisi PR perlu member tahu hak-hak seorang sumber
berita agar sumber berita lebih siap.
·
Menyusun strategi wawancara
Praktisi PR menyiapakan bahan tertulis kepada pers,
dan merancang strateginya.Selain itu praktisi PR dapat memberikan saran,
mengatasi konflik yang timbul antara perusahaan dan media.
Kesimpulan
Pers kini telah tumbuh menjadi suatu industri yang
memiliki pengaruh sangat besar di dalam masyarakat. Pers dikejar deadline, menyukai eksklusivitas,
menyukai drama, memepunyai hati nurani, dan terdiri atas orang-orang yang
berpandangan luas dan menyukai persahabatan.
PR dapat membantu perusahaan dengan membina hubungan
yang harmois dan mesra dengan pesr, mendidik pimpinan sebagai public figure, mengatur pertemuan dengan
pers, dan memberi tahu haknya sebagai sumber berita.Dengan bantuan ini, pers
dan perusahaan dapat lebih bersifat terbuka dan lebih saling memahami.
Sumber
: Managing PR karya Rhenald Kasali