Tuesday, 27 November 2012

Mahasiswa Public Relations Fikom Unpad mengadakan Tour Dunia Kerja


Penulis : Nida Choirun Nufus | Rabu, 28 November 2012 | 07:21 WIB
SUMEDANG, STUDYINGCOMMUNICATION.blogspot.com - Kamis (22/11) lalu, Mahasiswa Jurusan Public Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad melakukan Tour Dunia Kerja(TDK). Mahasiswa yang melakukan TDK ini merupakan mahasiswa Public Realitions(PR) 2011. Tour yang dilakukan adalah mengunjungi dua perusahaan ternama di Indonesia, yaitu PT. Telkomsel dan PT. Garuda Indonesia.
TDK merupakan salah satu agenda kegiatan yang diadakan oleh Departemen PR setiap tahunnya kepada para mahasiswa yang baru bergabung menjadi bagian dari keluarga besar departeman PR. Tujuannya adalah untuk mengenalkan para mahasiswa kepada ranah dunia kerja PR.
Menggunakan bus, rombongan mahasiswa berangkat dari Unpad Jatinangor menuju Jakarta pada pukul setengah 6 pagi. Kunjungan pertama adalah kepada perusahaan garuda Indonesia. Mereka mendapatkan materi dari Corporate Commmunication mengenai hal-hal yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga nama baik perusahaan, memberikan pelayanan terbaik, pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR), dan menangani krisis yang sewaktu-waktu muncul tanpa diduga berdasarkan pengalaman perusahaan. Setelah itu, mahasiswa melanjutkan perjalanan menuju PT. Telkomsel. Mahasiswa mendapatkan gambaran mengenai keadaan perusahaan dan penanganannya dalam menjaga nama baik, hubungan baik, serta cara-cara yang dilakukan untuk menangani masalah.
Kegiatan positif ini memberikan pengalaman lebih bagi para mahasiswa baru yang mungkin belum bagitu mengenal dunia PR. Para mahasiswa mengaku sangat senang dengan kegiatan yang dilakukan karena dapat belajar mengenai sistem kerja PR lebih dekat.

Monday, 26 November 2012

CSR


Peraturan Regulasi (Kerangka Regulasi)
Sebagai konsumen kita memiliki pilihan untuk memilih produk. Di era globalisasi komunikasi seperti ini, beberapa perusahaan besar mungkin mengalami ancaman keuangan. Untuk itu, manajemen reputasi sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko dan mempertahankan reputasi baik.
Pertumbuhan organisasi seperti Business in the Community di Inggris dan Eropa CSR membantu untuk menempatkan CSR dalam pemikiran utama bisnis dan mendorong organisasi untuk lebih memanfaatkan peluang dari CSR. Dalam beberapa tahun terakhir, muncul peningkatan jumlah standar dalam bidang CSR dan pembangunan berkelanjutan.
Masyarakat dan dunia usaha sejak 1999 mulai menunjukkan persepsi bahwa perusahaan yang selaras dengan masyarakat sekitar perusahaan dianggap lebih baik daripada merek perusahaan. Fombrum dan Shanley (1990) dalam studi sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan bisnis yang tanggap terhadap masalah sosial dan memberikan proporsi lebih untuk amal menerima peringkat reputasi tinggi dari publiknya. Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan perusahaan yang melakukann tanggung jawab sosial menimbulkan efek luas. Salah satunya adalah perubahan keputusan investasi. Muncullah istilah pelaporan 'triple bottom-line', untuk menggambarkan lingkungan ekonomi dan aspek sosial yang sedang dipertimbangkan oleh perusahaan bisnis, yaitu kinerja sosial dan lingkungan sama pentingnya dengan kinerja keuangan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa media, legislator dan investor, sosial dan tanggung jawab lingkungan, akan semakin meningkatkan reputasi di mata masyarakat.
Etika dan Praktik Bisnis.
Etika bisnis adalah substansial masalah dan merupakan bagian penting dari pemahaman apa yang disebut tata kelola perusahaan. Hal ini meliputi tentang isu, misalnya kesempatan yang sama. Contoh, karyawan melaporkan kegiatan yang tidak etis atau illegal yang dilakukan atasannya, atau manajer yang mengambil satu rim kertas di kantor untuk dibawa ke rumahnya.
Etika bisnis bukan menyangkut tentang kita sebagia individu, tapi sebagai anggota dari organisasi. Etika merupakan hal yang penting sebagai bagian dari realitas bisnis. Penting pula untuk membuat keputusan yang mempengaruhi berbagai macam kepentingan kelompok untuk warga yang tinggal dekat dengan lokasi perusahaan bisnisnya.
Pengambilan Keputusan Etis: Teori dan Praktek
Penulis Etika Bisnis Snell (1997) berpendapat bahwa ada dua pendekatan praktisi untuk memelajari dan memahami etika bisnis. Pertama, modernism sistematis. Yaitu menggunakan ‘suara yang jelas’, seperti melalui perundang-undangan, dalam melakukan ketertiban sosial. Kedua, modernisme kritis. Yaitu melalui lebih dari sekedar penjelasan mengapa sesuatu itu benar atau salah. Namun, ini banyak diperdebatkan oleh elit teorisis.
Filsuf telah mempelajari pengambilan keputusan etis selama berabad-abad dan cenderung berfokus pada pengambilan keputusan yang menggambarkan apa yang harus dilakukan (terutama situasi). Teori yang paling dikenal dikategorikan sebagai konsekuensialis, mengenai konsekuensi dari tindakan, dengan utilitarianisme yang paling dikenal dan terkait dengan prinsip 'kebahagiaan terbesar' (yaitu kebahagiaan terbesar bagi jumlah besar orang) yang menyatakan bahwa pendekatan utilitarian untuk pengambilan keputusan etis harus memaksimalkan manfaat kepada masyarakat dan meminimalkan kerugiannya.
Umumnya, pengambilan keputusan etis adalah utilitarian. Oleh karena itu fokus pada apa yang kita lakukan dan apa konsekuensi dari tindakan kita, yaitu siapa yang akan dirugikan atau terpengaruh. Dalam konteks bisnis, ini berarti pemangku kepentingan
Pemikiran filsafat kedua dikategorikan dalam teori deontologis yang fokus pada motif dan niat melalui tugas atau tindakan sendiri daripada hasil. Misalnya menggunakan kebohongan demi nama baik perusahaan. Namun hal ini tidak diperbolehkan, dan ditentang oleh Filsuf Jerman Emmanuel Kant.
Terdapat etika bisnis akademisi yang cocok dalam konteks bisnis, yaitu etika moralitas. Ini berfokus pada integritas aktor dari pada tindakan itu sendiri. Dalam pendekatan ini penting untuk mempertimbangkan pentingnya relativitas individu. Misalnya, dalam konteks profesional Anda mungkin terikat oleh standar komunitas atau kode etik praktis. Hal ini dapat membantu individu membuat keputusan etis karena itu memberi mereka batas-batas dalam bekerja.
Mengubah budaya dan mengubah etika organisasi
Setiap usaha untuk mengubah praktik etis dalam sebuah organisasi harus didasarkan pada asumsi sederhana setiap orang yang pada dasarnya baik dan mampu berkembang dan berubah. Mengubah praktik etis melalui perubahan budaya organisasi bukanlah perbaikan cepat, butuh waktu karena Anda harus mengatasi yang subkultur organisasi formal dan informal. Budaya organisasi jelas mempengaruhi perilaku yang cocok dan tidak. Untuk memahami budaya dapat dilakukan melalui audit survei, wawancara dan observasi.
Setelah menyelesaikan audit, tahap selanjutnya adalah menulis perubahan budaya rencana intervensi yang mencakup penargetan sistem formal dan informal.
Sistem formal yang lebih transparan dan lebih mudah untuk mengubah, sebagai berikut:
■ menyusun kode etik baru
■ mengubah struktur untuk mendorong individu untuk mengambil jawaban atas  perilaku mereka
■ sistem penghargaan desain untuk menghukum etis tingkah laku
■ menyediakan mereka saluran komunikasi yang tepat dan rahasia
■ mengubah proses pengambilan keputusan untuk menggabungkan perhatikan masalah etika
Untuk sistem informal, mungkin penting kembali pada mythologise organisasi, yaitu menghidupkan kembali mitos lama dan cerita tentang oranisai, dll yang membimbing perilaku organisai (mitos dihidupkan kembali. Namun, sesuai dengan realitas).
Ringkasan
Milton Friedman persepsi bahwa usaha bisnis hanya untuk meningkatkan keuntungan dan meningkatkan nilai kredibilitas yang dirasa kurang oleh pemegang saham; Publik semakin cerdas pada isu-isu lingkungan; juga meningkatkan kepercayaan konsumen.
Pengaruh citra perusahaan dan reputasi pada kesuksesan organisasi bisnis semakin dikenal, seperti penggunaan eika bisnis untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
Peningkatan intensitas komunikasi (internet), stakeholder, kelompok-kelompok kepentingan, masalah mobilisasi nasional dan internasional, dan kelompok penekan (seperti seperti Greenpeace atau anti-Irak lobby Perang) semua secara terpisah dapat mempengaruhi bisnis setiap hari.
Organisasi berperan dalam masyarakat, pemahaman etika bisnis dan CSR dapat meningkatkan kinerja usaha dan meningkatkan reputasi melalui penggunaan PR dan komunikasi yang lebih efektif.
Sumber            : Exploring Public Relations by Ralph Tench dan Liz Yeomans

Dasar Logika

 A.                  Proposition         : All S are P
Observe               : No S are non- P
Contrapositive  : All  Non- P are non-S
a.       Deduktif
Proposition         : Semua Mahasiswa Unpad memiiliki bakat
Observe               : Tidak ada Mahasiswa Unpad yang tidak memiliki bakat
Contrapositive  : Semua yang bukan Mahasiswa Unpad tidak memiliki bakat
b.      Induktif
Proposition         : Semua batu adalah benda mati
Observe               : Tidak ada batu yang bukan benda mati
Contrapositive  : Semua yang bukan benda mati bukan batu
E.            Proposition         : No S are P
Conserve             : no P are S
Obverse               : All S are non-P
a.       Deduktif
Proposition         : Tidak ada warna pelangi yang hitam
Conserve             : Warna yang tidak tidak hitam adalah pelangi
Observe               : Semua warna pelangi tidak berwarna hitam
b.      Induktif               
Proposition         : Bukan buah durian jika kulitnya halus
Coverse                               : Yang tidak halus kulitnya adalah buah jenis durian
Observe               : Semua buah durian kulitnya tidak halus
I.                    Proposition         : Some S are P
Converse             : Some P are S
Observe               : Some S are not non- P
a.       Deduktif
Proposition         : Beberapa merek Yamaha adalah gitar
Converse             : Beberapa gitar bermerek Yamaha
Observe               : Beberapa Yamaha tidak mungkin bukan merek gitar
b.      Induktif
Proposition         : Beberapa gedung memiliki tingkat
Converse             : Beberapa yang memiliki tingkat merupakan gedung
Observe               : Beberapa gedung tidak mungkin tidak memiliki tingkat
O.           Proposition         : Some S are not P
                Observe               : Some S are non- P
Contrapositive  : Some non- P are not non- S
a.       Deduktif
Proposition         : Beberapa ruangan di Fikom Unpad bukan ruang kelas
Observe               : Beberapa  ruangan di Fikom Unpad tidak mungkin kelas
Contrapositive  : Beberapa yang bukan ruang kelas tidak mungkin bukan ruangan di Fikom
b.      Induktif
Proposition         : Beberapa lemari tidak terbuat dari kayu
Observe               : Beberapa lemari bukan terbuat dari kayu
Contrapositie     : Beberapa yang tidak terbuat dari kayu bukan lemari

Sunday, 25 November 2012

Ciri Masyarakat Pers dan Wartawan Indonesia


Secara garis besar ciri-ciri masyarakat pers dan wartawan kita adalah
1.      Dari Wartawan Jihad ke Wartawan Komprehensif.
Bagi pers, berjihad berarti menentang korupsi, penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, ketidakadilan, feodalisme dalam sikap manusia.Jurnalisme yang demikian tertera pada keberanian, kejelasan, dan sikap berpihak dalam meliput suatu persoalan, yang cenderung melihat suatu persoalan dengan kacamata dan konteks hitam-putih.Jurnalisme ini kemudian melahirkan investigative report.
Sejalan dengan perkemabangan zama, pers berubah dan menyadari bahwa persoalan-persoalan pembangunan semakin kompleks dan tidak dapat ditinjau dari satu sisi saja. Liputan pers dewasa ini daprat dikatakan liputan komprehensif, yang disusun dengan tim dan rencana, yang melihat permasalahan secara utuh dan mengundang pendapat dari berbagai sisi.
2.      Dari Sepatu Karet sampai Sepatu Kulit
Mada lalu, wartawan identic dengan pakaian lusuh, sepatu karet, rambut kusut, dan kamera.Namun kini berbeda, wartawan sudah berpendidikan. Mereka menggunakan pakaian lusuh dan sepatu karet bila ditugaskan meliput daerah kumuh, atau tempat-tempat umum lain,.Untuk meliput dunia usaha, wartawan sudah memerhatiak tuntutan situasi.Kalaupun tidak, itu dilakukan karena tuntutan waktu atau ketidaklaziman saja. Di kanto-kantor redaksi surat kabar dan majalah, dapat dilihat jelas bahwa di samping computer tergantung setelan jas dan dasi yang dapat dipergunakan kapan saja.
3.      Wartawan Tidak Menyukai Protokoler
Wartawan ingin leluasa keluar masuk dan menemui siapa saja tanpa dihalang-halangi.Tidak dipatuhinya protocol maupun prosedur, umumnya karena hal-hal itu dirasakan sebagi hambatan yang tidak netral dan muncul dari orang-orang yang tidak mengerti pekerjaan wartawan.
4.      Wartawan Dikejar Deadline
Wrtawan apapun pasti dikejar deadline.Sebelum deadline, wartawan sudah harus menyerahkanlaporan tertulisnya kepada editor untuk diproses bersma laporan lainnya. Karene deadline, wartawan akan mengejar terus sumber beritanya. Terkadang wartawan tidak memerlukan jawaban panjang.Namun terkadang pula wartawan dating dengan setumpuk pertanyaan sehingga sumber berita memerlukan waktu merumuskan jawaban bersama praktisi PR-nta.
5.      Wartawan Menyukai Relationship (Persahabatan)
Banyak orang masih tertutup dan takut berhubungan dengan wartawan karena takut wartawan kan mempublikasikan hal-hal yang menyangkut pribadi. Wartawan professional adalah wartawan yang bias membedakan mana pekerjaan jurnalistik dan mana yang bukan.Wartawan adalah kumpulan orang yang senang bersahabat.Wartawan butuh dikunjungi dan diajak berdialog.
6.      Bad News is Good News
Jurnalis Andrew Boyd menyebut bahwa bad news makes good copy. Akan tetapi pers tetap mempunyai suara hati yang mendasari pekerjaan pers. Penyiar televisi tidak mengkin tertawa saat membacakan berita duka.Deminian pula dengan wartawan media cetak.Tetapi, perlu diketahui bahwa media menyukai drama, dan inti dari dram adalah konflik. Wartawan akan selalu tertarik denagn controversial issues, yang memengaruhi pembacanya. Mereka akan terbuka terhadap reaksi para pelaku atas isu tersebut.
7.      Wartawan (Tak) Menyukai Amplop
Kode etik jurnalistik Indonesia mengatakan bahwa wartawan tidak diperkenankan menerima apapun dari sumber beritanya, yang memengaruhi objektivitasnya.Akan tetapi dunia usaha tidak berniat mendidik pers, akhirnya amplop dalam liputan pers menjadi persoalan dilematis.Profesi yang mulia ini merasa terhina bila dihargai sebesar itu, namu wartawan menyukai persahabtan, bukan konflik.
8.      Pers Hidup dari Iklan
Selain berkuasa, pers juga berkepentingan terhadap kehidupan dunia usaha.Makin tumbuh dunia usaha, makin besar pers menerima iklan.Makin besar penerimaan, makin tinggi derajat seorang jurnalis.
9.      Wartawan Menyukai Ekslusivitas
Konferensi pers memang menarik minat wartawan, tetapi memeberi kesempatan yang sama kepada wartawan sangat kurang menantang, terutama bagi Koran besar. Wartwan kurang menyukai kesempatan wawancara yang diberikan kepadanya bersamaan dengan wartawan media lain tanpa sepengetahuannya. Cara demikian amat tidak disarakan, kecuali bila tokoh yang diwawancarai amat penting.
10.  Wartawan Membela yang Tertindas
Kunci pekerjaan profesi wartawan adalah hati nurani. Hati nurani wartawan biasanya akan muncul bila mereka menyaksikan penindasan yang sewenang-wenang dari yang berkuasa atau yang memiliki uag. Pers selalu berpihak kepada yang lemah.Pembelaan ini jauh dari motif-motif politik karena wartawan bukanlah aktor politik melainkan hanya menyuarakan hati nuraninya.
11.  Wartawan Semakin Berpendidikan
Selain menyukai persahabatan, para wartawan juga tidak semata-mata bertanya, mereka akan mengulas, berdiskusi, dan memberi solusi. Semakin berpendidikan seorang wartawan, ia akan semakin kritis dan membenci senssi. Ini juga berarti akan semkin mahal nilai seorang jurnalis di tengah masyarakat.
Haruskah Menolak Wawancara?
Berita yang ditulis mempunya dua kemungkinan, yaitu pemerkaya dan kesalahan. Buku-buku PR menjawab dunia usaha tidak perlu menutup diri dari pers. Namun praktek PR menunjukkan sejumlah kasus “silent is golden”.  Selain itu juga sumber berita terkadang membuat kesalahan dan terpancing sehingga mengungkapkan hal-hal yang tidak perlu yang malah membuat persoalan baru yang lebih berat.
Keadaan yang menyebabkan seseorang dalam perusahaan menolak menerima wartawan untuk wawancara :
1.      Low Profile.
Perusahaan mengira low profile merupakan cara yang aman untuk mencapai puncak tangga. Gaya ini umumnya diperankan oleh mereka yang percaya bahwa network dan hubungan pribadi lebih penting daripada sikap terbuka.

2.      Tidak Pandai Berbicara
Salah satu penyebab seseorang tidak banyak memberi kesempatan wawancara pada pers adalah karena ketidakpandaiannya berbicara atau berdiplomasi kepada pers. Seseorang mungkin pandai dalam satu hal, berdagang misalnya, namu tidak pandai dalam hal berbicara.
3.      Tidak Memiliki Penasihat
Karena tidak ada yang memberi gambaran tentang medan yang dihadapi(bagaimana keadaan media, rubrikyang memuat, bagaimana pengaruh media, siapa wartawan itu, dan apa motifnya), tokoh-tokoh dunia usaha enggan melayani pers.
4.      Benar-benar Tidak Ada Waktu
Jadwal kerja yang sangat padat dan terikat membuat seorang pengusaha/manajer membatasi diri dari kunjungan pers. Sementara sekretaris umumnya hanya mempunyai jadwal bosnya pada jam-jam kerja, padahal wartawan bekerja selama 24 jam dan bersedia menemui sumber berita dimana saja.
Informasi dari Sumber Lain
Ketika sumber berita tidak bersedia diwawancarai, biasanya pers menghubungi sumber lain. Sumber berita dari luar umumnya tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat diminta berbicara sesuai kehendak sumber utama.
Semakin rumit(kompleks) dan demikian tidak stabil lingkungan yang dihadapi perusahaan, semakin banyak sumber berita lainnya yang tidak dapat dikendalikan dan akan berbicara negatif. Kadang-kadang upaya itu dilakukan pers untuk memancing agar sumber berita bersedia melakukan bantahan dan keluar dari persembunyiannya.Bagi pers, sumber yang tersembunyi menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres, itu lah konflik, inti dari drama. Pers akan mengejarnya.
Pembaca Judul
Membuat judul bagi masyarakat pers adalah suatu pekerjaan kreatif yang diarahkan untuk mengangkat nilai penjualan media tersebut. Judul yang tendensius bisa menyesatkan dan biasanya terjadi karena media tidak mendapatkan gambaran yang utuh tentang suatu permasalahan.
Bantuan Praktisi Public Relations
Karena ancaman yang timbul dari hubungan dengan media cukup serius, perusahaan memerlukan bantuan praktisi PR untuk melindungi figure perusahaan dari kesalahan. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh PR antara lain :
·         Membuat hubungan yang mesra dengan pers
PR dapat membuka jalan masuk ke media dengan mengenal editor dan wartawan di berbagai media.Bila suatu saat membutuhkan, keduanya dapat segera membantu tanpa melalui prosedur formal yang memakan waktu.
·         Mendidik pimpinan agar bersedia menjadi public figure
Tidak dapat dihindari bahwa pemimpin puncak (bahkan manajer menengahnya) akan menjadi public figure. Tugas praktisi PR disini adalah mempersiapkan para eksekutifnya agar tahu kepada siapa mereka berbicara dan apa akibatnya terhadap citra perusahaan secara menyeluruh.
·         Mengatur pertemuan dengan pers
PR dapat menentukan siapa sumber yang layak ditemui oleh wartawan di perusahaannya dan mengatur jadwal untuk wartawan.PR bertindak sebagai moderator dan mendampingi sumber berita, tidak bertindak terlalujauh sampai memborong jawaban yang diajukan.PR harus melatih sumber berita untuk menjawab pertanyaan wartawan sebelum wawancara.
·         Memberitahukan hak-hak sumber berita
Praktisi PR perlu member tahu hak-hak seorang sumber berita agar sumber berita lebih siap.
·         Menyusun strategi wawancara
Praktisi PR menyiapakan bahan tertulis kepada pers, dan merancang strateginya.Selain itu praktisi PR dapat memberikan saran, mengatasi konflik yang timbul antara perusahaan dan media.

Kesimpulan
Pers kini telah tumbuh menjadi suatu industri yang memiliki pengaruh sangat besar di dalam masyarakat. Pers dikejar deadline, menyukai eksklusivitas, menyukai drama, memepunyai hati nurani, dan terdiri atas orang-orang yang berpandangan luas dan menyukai persahabatan.
PR dapat membantu perusahaan dengan membina hubungan yang harmois dan mesra dengan pesr, mendidik pimpinan sebagai public figure, mengatur pertemuan dengan pers, dan memberi tahu haknya sebagai sumber berita.Dengan bantuan ini, pers dan perusahaan dapat lebih bersifat terbuka dan lebih saling memahami.
Sumber : Managing PR karya Rhenald Kasali

Wednesday, 14 November 2012

IKLAN DAN POLITIK


A.    Sejarah
Keberhasilan yang dirasakan iklan pasca-perang kapitalisme konsumen (dimungkinkan oleh kemajuan televisi) secara langsung menggiring hipotesis bahwa strategi persuasi dapat diterapkan pada proses politik. Pada tahun 1950-an di Amerika Serikat terdapat sekitar 19 juta set televisi. Eksekutif periklanan Rooser Reeves, penemu konsep pemasaran "Unique Selling Proposition" (USP) bertanggung jawab atas kampanye slogan terkenal untuk "M & Ms melt in your mouth, not in your hand", memprakarsai pandangan bahwa jika “titik” komersil bisa menjual produk, dapat juga menjual politisi.
Tentunya terdapat hal signifikan yang membedakan iklan politik dengan iklan komersial. Namun, Rosser Reeves mengatakan bahwa iklan komersial seringkali diterapkan pula kepada para politisi. Seperti tercatat dalam Bab 2 politik telah menjadi sebuah proses di mana melalui media massa "konsumen" disajikan dengan berbagai politik dari mana mereka harus memilih, untuk lebih baik atau buruk. Seperti yang diutarakan Nimmo dan Felsberg, "kandidat politik harus sering menawarkan diri sebagai merek yang berbeda dari produk yang sama.
Pilihan ini adalah diciptakan, terlebih, mengandung bukan hanya "nilai guna" (partai politik A akan menjalankan negara secara efisien), tetapi pertukaran atau tanda-nilai (politik A berarti ini sebagai lawan partai politik B, yang berarti sesuatu yang bermacam-macam). Dalam proses memberikan makna pada politisi, pengiklan telah mengerahkan seluruh teknik komersial mereka, termasuk pula mengiklankan dirinya.
B.     Pengertian Komunikasi Politik
Definisi komunikasi politik juga terdapat keberagaman. Misal, Dan Nimmo mendefinisi komunikasi politik sebagai kegiatan komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi konflik. Definisi ini menggunakan pendekatan konflik, dan biasanya meliputi hubungan antar partai politik, antar pemerintah atau antar bangsa yang berhubungan dengan bidang politik. Roelofs (dalam Sumarno & Suhandi, 1993) mendefinisikan komunikasi politik sebagai komunikasi yang materi pesan-pesan berisi politik yang mencakup masalah kekuasaan dan penempatan pada lembaga-lembaga kekuasaan (lembaga otoritatif). Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.
C.     Pengertian Iklan
Kata iklan sendiri berasal dari bahasa yunani, yang artinya adalah upaya menggiring orang pada gagasan. Adapun pengertian secara komprehensif atau luas adalah semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang ataupun jasa secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan.
Menurut pakar periklanan dari Amerika, S. William Pattis iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli yang potensial. Tujuannya adalah mempengaruhi calon konsumen untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Pengertian lainnya, iklan adalah seni menyampaikan apa yang ditawarkan atau dijual untuk mendapatkan perhatian dan menempatkan produk secara unik kedalam pikiran konsumen dengan alat bantu. Iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang untuk suatu produk atau sebagai pemicu penjualan-penjualan cepat. Disadari atau tidak, iklan dapat berpengaruh tetapi juga dapat berlalu begitu cepat. Iklan sangat unik karena iklan dapat mencapai tujuan meskipun disampaikan dengan panjang lebar dan terkadang membingungkan. Karena kita membayar iklan maka kita dapat memilih media yang sesuai untuk pemasangan atau penayangan iklan, sehingga pesan di dalamnya dapat sampai pada kelompok sasaran yang dituju.
 D. Pengertian iklan politik
Semua bentuk aktifitas untuk menghadirkan dan mempromosikan individu maupun partai mereka, secara nonpersonal melalui media yang dibayar oleh sponsor tertentu, berisikan muatan-muatan politik, seperti berisikan profil pribadi tokoh elit partai tersebut yang nantinya akan membangun minat pilih masyarakat akan diberikan kepada calon tersebut yang lebih dikenal masyarakat sehingga nantinya suara atau hak pilih masyarakat terebut diberikan kepada orang yang sering melihat iklan tersebut. Kepercayaan individu kaepada calon anggota legislatif maupun kepada partai akan tercipta sehingga hak pilih orang tersebut akan diberikan dengan sendirinya.
E.     Etika Komunikasi dan Proses Demokrasi Rasional
 
Dalam politik, banyak perhatian tentang etika tertuju dalam ketaatan kepada kepercayaan klasik pada rasionalitas manusia dan proses demokrasi yang ideal (Kelley, 1960; Regan, 1986).  Franklyn Haiman (1958) berargumen  bahwa komunikasi harusnya mendorong kemampuan manusia untuk beralasan secara logis, sebuah perspektif yang jernih dan konsisten dengan anggapan kelley bahwa tujuan dari semua komunikasi politik adalah menciptakan ”pemilih yg terinformasikan”. Jika pemilih akan mengambil keputusan rasional tentang pemimpin dan isu-isu kebijakan, mereka harus mendapatkan akses informasi yang benar dan akurat, tidak ambigu, tidak terbayangi dengan emosi, yang mana akhirnya akan menguatkan, bukan melemahkan, dalam proses pengambilan keputusan.
Menggarisbawahi tentang komponen dari etika komunikasi politik, Pares i Maicas, sarjana spanyol (1995) mengatakan bahwa ketika komunikasi politik mengambil bentuk iklan atau propaganda, ini menyebabkan sebuah krisis etika karena pencarian akan kebenaran adalah tujuan nyata terakhir dalam politik. Untuk banyak pengamat politik, komunikasi politik dalam iklan-iklan politik secara melekat tidak mampu mencapai ujian yang perlu dalam komunikasi yaitu untuk menciptakan pengambilan keputusan yang baik. Iklan-iklan politik memberikan kepada America sebuah pilihan antara  yang buruk, mendistorsi dan merendahkan debat, meningkatkan biaya kampanye dan mengarahkan pemilih kepada polling (Bored to Bone, Curtis Gane, 1996, 40)

F.     Iklan Politik di Indonesia
Selama masa kampanye Pemilu 2004 media massa cetak dan elektronik sering dimanfaatkan Parpol serta calon presiden dan calon wakil presiden sebagai alat penyampaian pesan-pesan politik. Salah satu media penyampaian pesan-pesan politik itu adalah iklan yang sering disebut iklan politik. Namun, menurut pengamatan Ibnu Hamad, Direktur Institute for Democracy and Communication Research, iklan-iklan tersebut banyak yang tidak mengandung unsur pendidikan politik bagi masyarakat karena hanya berisi ajakan memilih Parpol yang bersangkutan tanpa memberikan informasi dan argumentasi obyektif mengenai alasan-alasannya. Selain kurang mengandung unsur pendidikan politik, iklan-iklan politik dalam media massa yang disajikan selama masa kampanye Pemilu 2004 juga ada beberapa yang dianggap melanggar norma-norma hukum dan Etika Periklanan. Akibatnya, iklan-iklan tersebut mendapatkan protes dari sejumlah lembaga dan kelompok masyarakat karena dianggap sebagai pembodohan. Pembodohan dan penyesatan yang dimaksud adalah fakta bahwa materi iklan yang disampaikan hanya memuat pendiktean kepada calon pemilih agar mencoblos tanda gambar Parpol tertentu, tanpa memberikan informasi apapun tentang Parpol yang bersangkutan. Pengajuan somasi tersebut menurut koalisi didasarkan pada semangat untuk mentaati UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan UU No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman. Selain itu, kelompok yang menamakan diri Masyarakat Profesional Madani juga melaporkan kepada pihak Panwaslu atas tindak pelanggaran yang dilakukan Metro TV karena menayangkan iklan politik ‘Moncong Putih’ pada hari tenang menjelang Pemilu 2004.
Untuk meningkatkan efek positif iklan politik kepada praktisi periklanan dan praktisi media disarankan lebih meningkatkan profesionalisme dalam pembuatan dan penyajian iklan politik dalam media massa dengan memperhatikan isi pesan, etika perikalanan, dan fungsi iklan dalam setiap tahapan kampanye. Apabila dipandang perlu, kepada Parpol peserta Pemilu yang akan datang selain melakukan kontrol kualitas juga disarankan menggunakan teknik dan strategi penyajian iklan yang lebih tepat sehingga iklan politik yang dipasangnya dalam media massa dapat berfungsi efektif sebagai alat mencari dukungan masyarakat yang lebih luas.


Sumber :
McNair, Brian. An Itroduction to Political Communication(Third edition)

Monday, 12 November 2012

Analisis keadaan PR suatu perusahaan melalui tahapan manajemen


1.      Tahapan Proses PR
Dalam dunia manajemen secara umum perusahaan menggunakan prinsip P.O.A.C untuk memajukan perusahaannya. Mengacu dari 4 tahapan manajemen Cuplip, Center dan Broom  tersebut, PR juga memiliki proses dan aspek manajemen PR untuk mengatur dan menggerakkan pelaksanaan program dan kegiatan PR.
Tahapan tersebut yaitu:
Pertama, defining public relations problems (batasan masalah-masalah PR). Tahap pertama mencakup pengkajian dan  pemantauan opini, sikap dan perilaku yang terkait dengan  tindakan dan kebijakan organisasi. Hal ini merupakan fungsi inteligen sebuah organisasi. PR mengumpulkan informasi  sebagai  landasan bagi tahap-tahap lainnya dalam proses dalam menyelelesaikan masalah dengan peka terhadap apa yang terjadi sekarang. Pada tahap ini ditentukan “what’s happening now?”
Tahap kedua, planning and programming (perencanaan dan program). Sesuai namanya, pada tahap ini praktisi PR melakukan perencanaan dan program yang akan dilaksanakan. Informasi yang sudah dikumpulkan pada tahap pertama digunakan untuk membuat keputusan-keputusan tentang publik-publik, sasaran-sasaran, strategi-strategi dan tindakan-tindakan, taktik-taktik, dan tujuan-tujuan komunikasi dalam pembuatan program tersebut. Pada tahap ini seorang praktisi PR sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan dan pencegahan. Tahap ini akan memberi jawaba “what should we do and why?”
Tahap ketiga, taking action and communicating (pengambilan tindakan dan mengomunikasikannya). Pada tahap ini PR mengambil tindakan program dan komunikasi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan tertentu bagi setiap publik, untuk pencapaian  sasaran program. Terkadang praktisi PR langsung lompat ke tahap ketiga ini. Sebenarnya tindakan itu membawa hasil yang tidak buruk, namun beresiko tinggi bagi reputasi perusahaan. Manajer PR yang langung melakukan tahap tiga ini biasanya kurang paham kemana citra perusahaan akan diarahkan, dan dimana ia berada kini. Tindakan yang dilakukan harus dikaitkan dengan objective dan goals yang spesifik. Tahap ini menjawab pertanyaan “How do we do it and say it?”
Tahap keempat, evaluating the program (evaluasi program). Untuk menjalankan proses PR harus dimulai dan diakhiri dengan pengumpulan fakta.PR perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil untuk mengetahui apakah prosesnya sudah selesai atau belum. Seperti biasa, selesainya suatu masalah akan diikuti oleh permasalahan baru (krisis baru). Maka tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil tindakan di masa lalu. Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama, atau setelah suatu masalah berakhir. Pengukuran ini menjawb pertanyaan “how did we do?”
2.      Analisis cara kerja PR
RABU, 24 SEPTEMBER 2008 | 13:22 WIB
Inilah Daftar Produk yang Mengandung Susu Cina


TEMPO Interaktif, Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan kemarin memerintahkan penarikan 28 jenis makanan berbagai merek karena menggunakan bahan baku susu asal Cina.
Inilah produk-produk tersebut:
Produk yang ditarik dari peredaran: 
1. Jinwel Yougoo Susu Fermentasi Rasa Jeruk 
2. Jinwel Yougoo Aneka Buah 
3. Jinwel Yougoo tanpa Rasa
4. Guozhen susu bubuk full cream
5. Meiji Indoeskrim Gold Monas Rasa Cokelat
6. Meiji Indoeskrim Gold Monas Rasa Vanila
7. Oreo Stick Wafer
8. Oreo Stick Wafer
9. Oreo Cokelat Sandwich Cookies
10. M&M''s Kembang Gula Cokelat Susu
11. M&M''s Cokelat Susu
12. Snicker''s (biskuit-nougat lapis cokelat)
13. Dove Choc Kembang Gula Cokelat
14. Dove Choc
15. Dove Choc
16. Natural Choice Yoghurt Flavoured Ice Bar
17. Yili Bean Club Matcha Red Bean Ice Bar
18. Yili Bean Club Red Bean Ice Bar
19. Yili Prestige Chocliz
20. Yili Chestnut Ice Bar
21. Nestle Dairy Farm UHT Pure Milk
22. Yili High Calcium Low Fat Milk Beverage
23. Yili High Calcium Milk Beverage
24. Yili Pure Milk 205 ml
25. Yili Pure Milk 1 L
26. Dutch Lady Strawberry Flavoured Milk
27. White Rabbit Creamy Candy
28. Yili Choice Dairy Frozen Yoghurt Bar (kembang gula)


Sumber: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI
Dari berita diatas, kebanyakan produk yang mengandung melamin merupakan produk Cina yang penjualannya mungkin tidak terlalu besar di Indonesia. Akan tetapi ada daftar merek yang sudah memiliki nama dan  memiliki konsumen yang banyak di Indonesia. Siapa menduga, merek terkenal seperti oreo mengandung melamin.
Oreo yang dinyatakan mengandung melamin membuat geger pada konsumen yang setia pada cita rasa yang ditawarkan produk tersebut. Dengan taglinenya yang memikat –diputar dijilat dicelupin, oreo berhasil menarik banyak konsumen terutama anak-anak. Dengan hadirnya pernyataan yang menghebohkan konsumen oreo, tingkat penjualan produk menurun dan tentu saja menimbulkan kerugian dari sisi materill dan immaterill. Selain nominal pemasukan perusahaan menurun, oreo juga kehilangan kepercayaan dari para konsumen. Malah pernah ada di situs forum dunia maya yang melontarkan komentar tentang oreo yang menipu konsumen.
PR perusahaan sangat dibutuhkan dalam hal genting seperti ini untuk mengembalikan citra oreo agar kembali mendapat kepercayaan  dari konsumen. Dalam hal ini PR menggunakan  proses tahapan PR yang pertama, mendefinisikan permasalahan yang sedang terjadi yaitu konsumen yang merasa dibohongi oleh oreo yang ternyata mengandung melamin.
Oreo yang mengandung melamin sebenarnya adalah oreo yang diproduksi dari Cina, bukan produk yang diproduksi oleh perusahaan Indonesia. PR harus mengomunikasikan mengenai hal yang sebenarnya, karena konsumen mengira seluruh produk oreo mengandung melamin.
Tahap kedua, PR harus siap dengan langkah-langkah perencanaan yang akan dilaksanakan untuk mengembalikan kepercayaan konsumen mengenai produk. PR merencanakan untuk membuat pernyataan mengenai produk yang diproduksi di dalam negri dan di luar negeri. Rencana lain tentunya harus ada upaya dalam pemulihan nama baik produk, yaitu dengan cara iklan dan menggunakan aktor smart yang merepresentasikan customer seperti orang tua yang cerdas dalam memilih makanan bagi anaknya.
Pada tahap selanjutnya, PR harus segera melakukan tindakan dan mengomunikasikan apa yang telah direcanakan. PR menjelaskan kepada khalayak mengenai produksi produk dalam dan luar negeri. Kode produksi oreo untuk dalam negeri adalah MD, sedangkan produk impor adalah ML. PR mengomunikasikannya pula dalam iklan dengan menggunakan aktor Ferdi Hasan yang memberikan oreo kepada anaknya. Iklan ini merepresentasikan orang tua yang sayang dengan anak dan keluarga. Selama ini Ferdi Hasan mewakili sosok cerdas dan jauh dari kesan negatif. Pada iklan kali ini, menitikberatkan pada orang tua yang semula ragu, lalu pergi ke pabrik untuk melihat proses pembuatan oreo untuk meyakinkan bahwa produk oreo yang ada di Indonesia dihasilkan di Indonesia, bukan dari Cina.
Oreo ingin menggiring persepsi khalayak konsumen bahwa oreo yang ada di Indonesia berasal dari Indonesia yang tidak mengandung melamin dan aman untuk dikonsumsi. Terlihat sekali usaha oreo untuk membersihkan namanya yang sempat tercemar.
Iklan ini menitikberatkan produk yang diproduksi di Indonesia dan aman, akan tetapi cara enak makan oreo tetap ada pada bagian akhir iklan. Tidak lupa ditambahkan kalimat “bangga buatan Indonesia”. Seolah iklan ini menggambarkan produk masih digemari oleh anak-anak.
Tahap keempat proses PR adalah mengevaluasi usaha-usaha yang telah dilaksanakan PR. Dengan iklan yang memulihkan nama baik produk, permintaan akan produk kembali meningkat dan kini oreo telah banyak di supermarket. Produk oreo kembali mendapat kepercayaan dari konsumen.
Pesan yang ingin disampaikan PR untuk mengembalikan kepercayaan konsumen sangat efektif, terbukti kini merek oreo masih tetap ada malah mengalami peningkatan jumlah penjualan karena setelah namanya kembali bersih, oreo tetap gencar melakukan promo. Media yang digunakan berupa iklan memang paling efektif dilakukan untuk menjangkau seluruh konsumen di berbagai tempat.

Sumber :
Kasali, Rhenald. 2003. Manajemen Komunikasi Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Temprint
Ardianto, Elvinaro. 2011. Handbook of Public Relations Pengantar Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya

One Day with Journalist

Ini adalah tugas media relations. Tujuannya supaya Kita mengetahui bagaimana jurnalis bekerja. Selain itu sebagai seorang PR, Kami juga harus tahu bagaimana sosok PR yang baik menurut jurnalis. Jangan hanya dari sudut pandang PR, yuk langsung tanya sama jurnalisnya. Jurnalis tuh maunya PR kaya gimana sih???

Sebelumnya Kami sempat mewawancarai wartawan Kompas dan 'wartawan' Cek&Ricek. Akan tetapi pada akhirnya Kami lebih nyaman bersama Jurnalis yang satu ini. Jurnalis yang Kami ikuti sampai akhir ini adalah jurnalis Suara Pembaruan. Namanya Adi Marsiela. Kami sapa dengan panggilan "Kang Adi".

Hasil wawancaranya ada di temen niiih.. Aku kebagian bikin laporan hasil observasi. Maaf ya hanya bisa share hasil observasinya saja.
*Duh gatel pengen cerita dibalik layaaar.. Tapi nanti aja deh ya. Ini Aku ceritain pelaksanaannya aja*
Selamat membaca :)

Observasi
Setelah melakukan wawancara sebanyak dua kali dan mengetahui berbagai informasi dari seorang Kang Adi, pada pertemuan ketiga Kami bermaksud melakukan observasi dengan melihat dan mengikuti Kang Adi meliput berita.
Rabu, 31/10 Kami melihat Kang Adi melakukan peliputan mengenai pertemuan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di gedung sate untuk membahas masalah banjir dan transportasi. Pukul 2 kurang 15, Kami sampai di depan Gedung Sate. Terlihat banyak wartawan sudah menunggu di depan pintu utama. Tidak sulit menemukan Kang Adi yang berambut gondrong dengan perawakan yang cukup besar diantara banyak wartawan. Langsung saja Kami menghampirinya. Sedikit percakapan mengcairkan kekakuan, ditambah candaan ringan dari rekan-rekan wartawan lain kepada Kami.
Tidak lama berselang, gerbang utama dibuka dan terlihat mobil dinas Land Cruiser B 1120 SMZ yang dikawal mobil polisi memasuki gerbang. Mobil berhenti tepat di depan pintu utama gedung. Dengan sigap langsung saja Kang Adi menghampiri mobil itu dan memotret Jokowi. 
Kang Adi bersama wartawan lain ingin mengambil gambar
Kang Adi dan wartawan lain mengikuti Jokowi hingga pintu ruang pertemuan. Beberapa wartawan televisi ikut masuk dalam ruang pertemuan karena mereka memang membutuhkan rekaman video untuk ditayangkan. Kang Adi pun menunggu diluar. Jika wartawan suatu media bekerja berdua, fotografer dan reporter, Kang Adi hanya sendiri. Ia memotret dan mendapatkan berita secara lengkap sekaligus. Kami menunggu di depan ruang pertemuan sambil mengobrol mengenai para wartawan yang ada disana. Kang Adi saling sapa dengan wartawan lain disekitar Kami.“Itu wartawan, itu juga wartawan (sambil menunjuk kearah wanita). Disini memang jarang yang perempuan. Kalau acara fashion, banyak”, katanya saat Kami tanyakan mengenai wartawan wanita yang meliput. Kang Adi tiba-tiba menghampiri ajudan Jokowi yang sedang melintas didekatnya. Kang Adi menanyakan perihal pembahasan di dalam. Tidak lama beberapa wartawan mengerumuni ajudan itu. “Iya, inisiatif dong”, katanya saat Kami tanya mengenai wartawan yang mengikuti Kang Adi untuk mencatat pembicaraan ajudan.
Kang Adi sedang  menanyakan informasi kepada salah satu ajudan
Tidak lama Kami menunggu, salah seorang wanita subbag humas provinsi menghampiri Kang Adi dan mempersilakan Kang Adi masuk untuk mengambil foto di luar ruangan. ”Di, geura asup. Ulah lolobaan” Ada perasaan heran dalam pikiran Kami, mengapa subbag humas hanya menginformasikan kepada Kang Adi, terlebih dengan nada seperti sudah lama saling kenal. Oh Kami inget, Kang Adi memang sehari-harinya berada di gedung sate. Kemungkinan besar humas itu mengenal Kang Adi. Beberapa orang mengikuti Kang Adi memasuki pintu pertemuan.
Selesai melakukan peliputan didalam, Kang Adi kembali menghampiri Kami. Snack mulai dibagiakan kepada para wartawan. Tiba-tiba Kang Adi memperkenalkan Kami kepada seorang wanita yang sedang berjalan menghampiri. “Ibu itu humas disini. Dia yang suka ngurusin wartawan. Kalau protokoler kan ngurusin yang di dalam, kalau Kita diurusinnya sama humas. Kalau ada apa-apa, misalnya mau minta informasi mengenai gubernur, bilangnya ke si ibu ini. Nanti si ibu bilang ke Kabag, dari Kabag baru nyampein ke gubernur. Tapi kalau ada informasi, Kita ga bisa ngutip dari si ibu, dia hanya menyampaikan kepada Kabagnya, Kabagnya yang bicara”. Wanita bagian humas itu menghampiri Kami. Beliau sedikit bercerita tentang dirinya yag ternyata juga lulusan Fikom Unpad, satu angkatan dengan almarhum Bpk Elvinaro. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, Kami menanyakan mengenai kerja sama humas dengan wartawan, dan pekerjaan beliau di sana. “Biasanya kalau abis kegiatan seperti ini, Kita bikin release, Kita kirim. Tapi kalau sekarang ga perlu. Udah banyak wartawan yang hadir. Wah repot tadi wartawannya banyak sekali. Malah ada yang bilang sampai 60 orang. Nih liat Kang Adi, mukanya kaya sereem. Padahal hatinya baik sekali”
Suasana keakraban humas dengan wartawan
Namanya Ibu Popi Purbawati. Beliau merupakan subag humas bagian publikasi. Kang Adi dan Ibu Popi saling bercerita kepada Kami. Dari cara bicaranya, terlihat sekali kepiawaian Ibu Popi dalam menjalin hubungan baik dengan media. Siapa yang tidak suka ketika dipuji. Wartawan juga manusia.







“Ini wartawan banyak banget. Biasanya paling 15, 17, sekarang 30an lebih. Tadinya Saya Cuma berempat yang tadi nunggu di depan. Tiba-tiba jadi banyak gini. Biasanya pada ada pesenan, ada titipan dari pusat. Udah ditelopon suruh ngeliput”, ujar Kang Adi. Kang Adi biasanya mengetik berita sekitar pukul 5 sore. Jika diatas jam 5, berita yang dikirim sulit untuk diterbitkan. 
Suasana pengetikan di press room gedung sate (foto diambil sebelum wawancara hari ke-2)
“Kita memble kalo ngirim berita malem. Percuma juga, bisa-bisa ga diterbitin.” Berbeda kalau beritanya memang berita yang sangat penting. “Yang disana kerja lembur kalau ada berita malam. Kalau udah sore, Kita telepon dulu sananya, mau dilanjutin apa engga, mau ditungguin apa engga. Kalau katanya ditungguin, baru Kita lanjutin”. Lanjut Kang Adi.
Kang Adi bergabung dengan beberapa wartawan untuk menunggu di pintu keluar ruang pertemuan. “Saya pindah ke sana ya. Mereka pasti keluar dari sana”. Tidak lama, kedua gubernur keluar dari ruang pertemuan. Banyak wartawan bergegas menuju ruangan dimana Gubernur Jabar dan DKI akan melakukan penjelasan dan tanya jawab mengenai hasil pertemuan kepada para wartawan. Kami mengikuti wartawan-wartawan tersebut. Mereka bersiap memosisikan kameranya di posisi strategis masing-masing. Di ruang itu Kami belum melihat Kang Adi. Pasti mengikuti Jokowi dan Aher dari pintu keluar, pikir Kami.
Jokowi dan Aher memasuki ruangan lewat pintu depan. Para wartawan tidak kehilangan kesigapannya dalam menyerap informasi yang disampaikan. Beberapa wartawan menaiki meja untuk menyimpan recorder di sebelah speaker yang menempel di atas tembok. Di belakang, Kami melihat Kang Adi sudah berdiri dengan memegang ponsel. Ia mengetik pembicaraan Jokowi dan Aher, begitu pula wartawan lain. Ada yang sibuk memotret, mencatat, dan mengetik. Jokowi dan Aher menjelaskan rencana kedepan, setelah itu para wartawan menanyakan berbagai hal. Wartawan bertanya dengan sopan dan kondusif, tidak berebut.
Para wartawan sedang mendokumentasikan informasi
Selesai penjelasan, Jokowi dan Aher keluar ruangan. Jokowi akan meninggalkan gedung sate, Aher pun mengantarkan hingga pintu depan. Dengan sigap para wartawan berlari ke depan para gubernur ini untuk mengambil gambar, termasuk Kang Adi. Seketika Kang Adi berada di barisan depan diantara para wartawan lain. Setelah sampai di gerbang utama gedung sate, Jokowi dan Aher berfoto bersama. Banyak wartawan yang mengerumuni dan mengambil foto kedua gubernur ini. “Pegangan tangan Pak, pegangan tangan”, terdengar suara wartawan dari bawah tangga pintu utama. Banyak wartawan memotret dari sisi yang tegak lurus dengan Jokowi dan Aher berdiri, tapi Kang Adi mengambil angel yang berbeda. Kang Adi dan beberapa wartawan menunggu dibawah tangga untuk menunggu wartawan lain membuka kerumunannya saat Jokowi melangkah. Diisitulah Kang Adi dan beberapa wartawan lain dapat leluasa mengambil gambar low angel. Jokowi meninggalkan gedung sate menuju ke mobilnya. Para wartawan kini mengerumuni pintu mobil. Jokowi meninggalkan mobil. Kang Adi melihat hasil jepretan di kameranya.
Kang Adi melihat hasil liputannya
Begitulah kegiatan Kang Adi di lapangan saat meliput pejabat publik di gedung sate. Pertemuan Kami dengan wartawan yang sehari-hari di gedung sate ini memberi Kami pengetahuan dan pengalaman baru. Berakhirnya liputan sore itu menutup perjumpaan Kami selama tiga hari dengan Kang Adi. Kami sangat berterima kasih atas bantuannya sehingga Kami dapat mengenal praktik kerja jurnalis dan hubungannya dengan humas di lapangan.