Sunday, 25 November 2012

Ciri Masyarakat Pers dan Wartawan Indonesia


Secara garis besar ciri-ciri masyarakat pers dan wartawan kita adalah
1.      Dari Wartawan Jihad ke Wartawan Komprehensif.
Bagi pers, berjihad berarti menentang korupsi, penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, ketidakadilan, feodalisme dalam sikap manusia.Jurnalisme yang demikian tertera pada keberanian, kejelasan, dan sikap berpihak dalam meliput suatu persoalan, yang cenderung melihat suatu persoalan dengan kacamata dan konteks hitam-putih.Jurnalisme ini kemudian melahirkan investigative report.
Sejalan dengan perkemabangan zama, pers berubah dan menyadari bahwa persoalan-persoalan pembangunan semakin kompleks dan tidak dapat ditinjau dari satu sisi saja. Liputan pers dewasa ini daprat dikatakan liputan komprehensif, yang disusun dengan tim dan rencana, yang melihat permasalahan secara utuh dan mengundang pendapat dari berbagai sisi.
2.      Dari Sepatu Karet sampai Sepatu Kulit
Mada lalu, wartawan identic dengan pakaian lusuh, sepatu karet, rambut kusut, dan kamera.Namun kini berbeda, wartawan sudah berpendidikan. Mereka menggunakan pakaian lusuh dan sepatu karet bila ditugaskan meliput daerah kumuh, atau tempat-tempat umum lain,.Untuk meliput dunia usaha, wartawan sudah memerhatiak tuntutan situasi.Kalaupun tidak, itu dilakukan karena tuntutan waktu atau ketidaklaziman saja. Di kanto-kantor redaksi surat kabar dan majalah, dapat dilihat jelas bahwa di samping computer tergantung setelan jas dan dasi yang dapat dipergunakan kapan saja.
3.      Wartawan Tidak Menyukai Protokoler
Wartawan ingin leluasa keluar masuk dan menemui siapa saja tanpa dihalang-halangi.Tidak dipatuhinya protocol maupun prosedur, umumnya karena hal-hal itu dirasakan sebagi hambatan yang tidak netral dan muncul dari orang-orang yang tidak mengerti pekerjaan wartawan.
4.      Wartawan Dikejar Deadline
Wrtawan apapun pasti dikejar deadline.Sebelum deadline, wartawan sudah harus menyerahkanlaporan tertulisnya kepada editor untuk diproses bersma laporan lainnya. Karene deadline, wartawan akan mengejar terus sumber beritanya. Terkadang wartawan tidak memerlukan jawaban panjang.Namun terkadang pula wartawan dating dengan setumpuk pertanyaan sehingga sumber berita memerlukan waktu merumuskan jawaban bersama praktisi PR-nta.
5.      Wartawan Menyukai Relationship (Persahabatan)
Banyak orang masih tertutup dan takut berhubungan dengan wartawan karena takut wartawan kan mempublikasikan hal-hal yang menyangkut pribadi. Wartawan professional adalah wartawan yang bias membedakan mana pekerjaan jurnalistik dan mana yang bukan.Wartawan adalah kumpulan orang yang senang bersahabat.Wartawan butuh dikunjungi dan diajak berdialog.
6.      Bad News is Good News
Jurnalis Andrew Boyd menyebut bahwa bad news makes good copy. Akan tetapi pers tetap mempunyai suara hati yang mendasari pekerjaan pers. Penyiar televisi tidak mengkin tertawa saat membacakan berita duka.Deminian pula dengan wartawan media cetak.Tetapi, perlu diketahui bahwa media menyukai drama, dan inti dari dram adalah konflik. Wartawan akan selalu tertarik denagn controversial issues, yang memengaruhi pembacanya. Mereka akan terbuka terhadap reaksi para pelaku atas isu tersebut.
7.      Wartawan (Tak) Menyukai Amplop
Kode etik jurnalistik Indonesia mengatakan bahwa wartawan tidak diperkenankan menerima apapun dari sumber beritanya, yang memengaruhi objektivitasnya.Akan tetapi dunia usaha tidak berniat mendidik pers, akhirnya amplop dalam liputan pers menjadi persoalan dilematis.Profesi yang mulia ini merasa terhina bila dihargai sebesar itu, namu wartawan menyukai persahabtan, bukan konflik.
8.      Pers Hidup dari Iklan
Selain berkuasa, pers juga berkepentingan terhadap kehidupan dunia usaha.Makin tumbuh dunia usaha, makin besar pers menerima iklan.Makin besar penerimaan, makin tinggi derajat seorang jurnalis.
9.      Wartawan Menyukai Ekslusivitas
Konferensi pers memang menarik minat wartawan, tetapi memeberi kesempatan yang sama kepada wartawan sangat kurang menantang, terutama bagi Koran besar. Wartwan kurang menyukai kesempatan wawancara yang diberikan kepadanya bersamaan dengan wartawan media lain tanpa sepengetahuannya. Cara demikian amat tidak disarakan, kecuali bila tokoh yang diwawancarai amat penting.
10.  Wartawan Membela yang Tertindas
Kunci pekerjaan profesi wartawan adalah hati nurani. Hati nurani wartawan biasanya akan muncul bila mereka menyaksikan penindasan yang sewenang-wenang dari yang berkuasa atau yang memiliki uag. Pers selalu berpihak kepada yang lemah.Pembelaan ini jauh dari motif-motif politik karena wartawan bukanlah aktor politik melainkan hanya menyuarakan hati nuraninya.
11.  Wartawan Semakin Berpendidikan
Selain menyukai persahabatan, para wartawan juga tidak semata-mata bertanya, mereka akan mengulas, berdiskusi, dan memberi solusi. Semakin berpendidikan seorang wartawan, ia akan semakin kritis dan membenci senssi. Ini juga berarti akan semkin mahal nilai seorang jurnalis di tengah masyarakat.
Haruskah Menolak Wawancara?
Berita yang ditulis mempunya dua kemungkinan, yaitu pemerkaya dan kesalahan. Buku-buku PR menjawab dunia usaha tidak perlu menutup diri dari pers. Namun praktek PR menunjukkan sejumlah kasus “silent is golden”.  Selain itu juga sumber berita terkadang membuat kesalahan dan terpancing sehingga mengungkapkan hal-hal yang tidak perlu yang malah membuat persoalan baru yang lebih berat.
Keadaan yang menyebabkan seseorang dalam perusahaan menolak menerima wartawan untuk wawancara :
1.      Low Profile.
Perusahaan mengira low profile merupakan cara yang aman untuk mencapai puncak tangga. Gaya ini umumnya diperankan oleh mereka yang percaya bahwa network dan hubungan pribadi lebih penting daripada sikap terbuka.

2.      Tidak Pandai Berbicara
Salah satu penyebab seseorang tidak banyak memberi kesempatan wawancara pada pers adalah karena ketidakpandaiannya berbicara atau berdiplomasi kepada pers. Seseorang mungkin pandai dalam satu hal, berdagang misalnya, namu tidak pandai dalam hal berbicara.
3.      Tidak Memiliki Penasihat
Karena tidak ada yang memberi gambaran tentang medan yang dihadapi(bagaimana keadaan media, rubrikyang memuat, bagaimana pengaruh media, siapa wartawan itu, dan apa motifnya), tokoh-tokoh dunia usaha enggan melayani pers.
4.      Benar-benar Tidak Ada Waktu
Jadwal kerja yang sangat padat dan terikat membuat seorang pengusaha/manajer membatasi diri dari kunjungan pers. Sementara sekretaris umumnya hanya mempunyai jadwal bosnya pada jam-jam kerja, padahal wartawan bekerja selama 24 jam dan bersedia menemui sumber berita dimana saja.
Informasi dari Sumber Lain
Ketika sumber berita tidak bersedia diwawancarai, biasanya pers menghubungi sumber lain. Sumber berita dari luar umumnya tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat diminta berbicara sesuai kehendak sumber utama.
Semakin rumit(kompleks) dan demikian tidak stabil lingkungan yang dihadapi perusahaan, semakin banyak sumber berita lainnya yang tidak dapat dikendalikan dan akan berbicara negatif. Kadang-kadang upaya itu dilakukan pers untuk memancing agar sumber berita bersedia melakukan bantahan dan keluar dari persembunyiannya.Bagi pers, sumber yang tersembunyi menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres, itu lah konflik, inti dari drama. Pers akan mengejarnya.
Pembaca Judul
Membuat judul bagi masyarakat pers adalah suatu pekerjaan kreatif yang diarahkan untuk mengangkat nilai penjualan media tersebut. Judul yang tendensius bisa menyesatkan dan biasanya terjadi karena media tidak mendapatkan gambaran yang utuh tentang suatu permasalahan.
Bantuan Praktisi Public Relations
Karena ancaman yang timbul dari hubungan dengan media cukup serius, perusahaan memerlukan bantuan praktisi PR untuk melindungi figure perusahaan dari kesalahan. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh PR antara lain :
·         Membuat hubungan yang mesra dengan pers
PR dapat membuka jalan masuk ke media dengan mengenal editor dan wartawan di berbagai media.Bila suatu saat membutuhkan, keduanya dapat segera membantu tanpa melalui prosedur formal yang memakan waktu.
·         Mendidik pimpinan agar bersedia menjadi public figure
Tidak dapat dihindari bahwa pemimpin puncak (bahkan manajer menengahnya) akan menjadi public figure. Tugas praktisi PR disini adalah mempersiapkan para eksekutifnya agar tahu kepada siapa mereka berbicara dan apa akibatnya terhadap citra perusahaan secara menyeluruh.
·         Mengatur pertemuan dengan pers
PR dapat menentukan siapa sumber yang layak ditemui oleh wartawan di perusahaannya dan mengatur jadwal untuk wartawan.PR bertindak sebagai moderator dan mendampingi sumber berita, tidak bertindak terlalujauh sampai memborong jawaban yang diajukan.PR harus melatih sumber berita untuk menjawab pertanyaan wartawan sebelum wawancara.
·         Memberitahukan hak-hak sumber berita
Praktisi PR perlu member tahu hak-hak seorang sumber berita agar sumber berita lebih siap.
·         Menyusun strategi wawancara
Praktisi PR menyiapakan bahan tertulis kepada pers, dan merancang strateginya.Selain itu praktisi PR dapat memberikan saran, mengatasi konflik yang timbul antara perusahaan dan media.

Kesimpulan
Pers kini telah tumbuh menjadi suatu industri yang memiliki pengaruh sangat besar di dalam masyarakat. Pers dikejar deadline, menyukai eksklusivitas, menyukai drama, memepunyai hati nurani, dan terdiri atas orang-orang yang berpandangan luas dan menyukai persahabatan.
PR dapat membantu perusahaan dengan membina hubungan yang harmois dan mesra dengan pesr, mendidik pimpinan sebagai public figure, mengatur pertemuan dengan pers, dan memberi tahu haknya sebagai sumber berita.Dengan bantuan ini, pers dan perusahaan dapat lebih bersifat terbuka dan lebih saling memahami.
Sumber : Managing PR karya Rhenald Kasali

2 comments:

  1. @Nida Choirun : Mbak Sis nulis artikelnya dikejar DeadLine juga ya??

    (Hrz)

    ReplyDelete
  2. kenapa menebak seperti itu? hihiiii..

    ReplyDelete