Monday, 25 November 2013

Empat Prinsip Etika Profesi

Disusun Oleh
Cindy Lidya
Intan Chairunnisa
Jessica Annette
Nida Choirun Nufus
Wulan Angraeni
I.                  Latar Belakang
Keprofesionalan adalah komitmen seseorang kepada pekerjaannya. Profesional dapat diartikan sebagai suatu perilaku seseorang yang ahli atau pakar dalam bidang tertentu, dan memiliki kualitas yang terjamin dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan yang diharapkan oleh klien. Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional. Kualitas profesionalisme didorong oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a.   keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal;
b.  meningkatkan dan memelihara image profesional;
c.  keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya;
d.  mengejar kualitas dan cita-cita dalam  profesi.
Membahas suatu profesi, maka akan erat hubungannya dengan etika dan aturan yang menjadi landasan dalam menjalankan suatu profesi. Etika profesi menurut Keiser (dalam Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Etika dan aturan ini berfungsi untuk menertibkan suatu profesi, sehingga seseorang tidak membelok ke arah yang dapat merugikan masyarakat dan melanggar hukum di negara.
Dalam makalah ini, Kami selaku penyusun mengambil tokoh Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai contoh yang memiliki sikap profesionalisme yang baik. Beliau berkomitmen untuk menyumbangkan ilmunya secara praktek dan teori untuk Indonesia. Makalah ini akan membahas biografi B.J Habibie dilengkapi dengan prestasi-prestasinya, serta analisis menggunakan  4 Prinsip Etika Profesi.

II.               Profil
Prof. DR. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936, sekarang umurnya 77 tahun. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie adalah keturunan Bugis (Sulawesi Selatan) yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo lahir di Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara.
Habibie adalah Presiden Republik Indonesia ketiga, menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun 5 bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
Sebelumnya Habibie pernah berilmu di SMAK Dago. Ia belajar teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 ia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMAK Dago di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di  Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH). Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari.
Pada 1955-1965 ia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat, beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude dengan nilai rata-rata 9,5, dan Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (sangat sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.
Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain. Musim liburan bukan digunakannya untuk liburan, beliau justru merasa musim liburan adalah kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962 yang kemudian diboyong ke Jerman, dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie. Hidupnya makin keras, di pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada malam hari dan belajar untuk kuliahnya, Istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju untuk menghemat kebutuhan hidup keluarga.
III.           Pekerjaan dan Karier
Dengan gelar insinyur, pada 1960 beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman. Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto.
IV.           Prestasi B. J. Habibie
·         Memulai bangku kuliahnya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955 dengan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
·         Tahun 1965, menyelesaikan studi S-3 dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.
·         Bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg, sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang (1965-1969), kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973).
·         Mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) pada 11 Oktober 1985. IPTN kemudian diresktrukturisasi menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
·         Habibie dalam skala internasional terlibat dalam berbagai proyek desain dan konstruksi pesawat terbang seperti Fokker F 28, Transall C-130 (militer transport), Hansa Jet 320 (jet eksekutif), Air Bus A-300, pesawat transport DO-31 (pesawat dangn teknologi mendarat dan lepas landas secara vertikal), CN-235, dan CN-250 (pesawat dengan teknologi fly-by-wire).
·         Habibie secara tidak langsung ikut terlibat dalam proyek perhitungan dan desain Helikopter Jenis BO-105, pesawat tempur multi function, beberapa peluru kendali dan satelit.
·         Rumus yang ditemukan oleh Habibie dinamai "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga ia dijuluki sebagai "Mr. Crack".
·         Pada tahun 1965 Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).
·         Pada tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. dari tempat yang sama tahun
·         Penghargaan bergengsi yang pernah diraih : Edward Warner Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.
·         Pada tahun 1978 sampai Maret 1998 menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi Ristek. Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.
·         Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis,
·         Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto dipilih MPR
·         Menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menggantikan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia ke 3. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI.
Sebagian karya beliau dalam menghitung dan mendesain beberapa proyek pembuatan pesawat terbang :
  • VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
  • Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
  • Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
  • Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
  • * CN - 235
  • * N-250
Sebagian Tanda Jasa/Kehormatannya :


  •  1976 - 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
  • 1978 - 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
  •  Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT
  • 1978 - 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
  • 1978 - 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
  • 1980 - 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)
  • 1983 - 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
  • 1988 - 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
  • 1989 - 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
  • 1990 - 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
  • 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
  • 10 Maret - 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
  • 21 Mei 1998 - Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia


V.               Analisa 4 prinsip etika profesi
1.      Tanggung Jawab
Sebagai seorang insinyur, BJ. Habibie memiliki sikap tanggung jawab dalam dirinya. Hal ini ditunjukkannya sejak berkuliah  dan menerima beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman di Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi pesawat terbang di  Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH).  Beliau menghabiskan waktunya di negeri rantau dengan belajar secara sungguh-sungguh dan bekerja agar memiliki uang untuk membeli buku dan mengembangkan dirinya lagi.
Beliau juga bertanggung jawab akan pekerjaannya, khususnya saat dinyatakan harus mundur sebagai presiden oleh MPR, beliau pun menerima keputusan tersebut dengan bertanggung jawab
2.      Keadilan
Habibie dikatakan sebagai sosok yang memiliki sikap keadilan. Hal ini dibuktikan dengan kembalinya beliau untuk mengabdikan dirinya di Indonesia, yang telah memberikannya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan di luar negeri. Adil adalah seimbang, sesuai dengan takarannya. Habibie berusaha menyeimbangkan apa yang telah beliau dapatkan. Setelah negara memberikannya kesempatan untuk belajar, tibalah saatnya beliau membayar apa yang telah dikeluarkan negara, dengan cara bekerja di Indonesia.
3.      Otonomi
·         Internal
Setiap orang memiliki kebebasan dalam mengembangkan dirinya, termasuk bagi Habibie. Habibie mencoba mengembangkan dirinya dengan mengambil beasiswa yang diberikan oleh Kemendikbud untuk belajar diluar negeri. Ia memilih jurusan teknik penerbangan, mengingat Soekarno yang mengatakan pentingnya dirgantara dan penerbangan bagi Indonesia. Habibie mengembangkan dirinya dengan belajar dengan sungguh-sungguh dan banyak membaca buku.
·         Eksternal
Selama diluar negeri, lingkungan disana juga memberi kesempatan bagi Habibie untuk mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya. Habibie diterima bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman. Habibie juga pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Tidak sembarang orang dapat diterima bekerja di perusahaan penerbangan selayaknya Habibie. Hal tersebut merupakan contoh dukungan dari lingkungan Habibie yang membantunya dapat mengembangkan diri.
Saat kembali ke Indonesia Habibie juga mendapat dukungan yang luar biasa dari rakyat Indonesia dengan terpilihnya sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi Ristek Pada tahun 1978 sampai Maret 1998, menjadi Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto hingga menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999).
4.      Integritas Moral
Integritas moral Habibie dibuktikan dengan keluarnya beliau dari pekerjaannya di luar negeri dan mengajukan permohonan untuk bekerja di Indonesia walaupun dengan bayaran yang sangat jauh dari bayarannya bekerja di luar negeri. Namun bukan uang yang beliau kejar. Beliau sudah memikirkan untuk memajukan Indonesia dengan mengurangi pengagguran. Beliau berharap pabrik pesawat terbangnya akan menyerap banyak tenaga kerja dari dalam negeri.
Intergritas moral Habibie pernah dipertanyakan ketika Timor-Timor terpaksa lepas dari Indonesia. Namun ketika ditelisik lebih dalam sebanarnya keputusan Habibie yang setuju akan hasil referendum Timor-Timur tidak lain untuk kebaikan Indonesia karena Indonesia akan terbebas dari beban nasional untuk membiayai pembangunan di Timor Timur.

Daftar Pustaka


No comments:

Post a Comment