Disusun
Oleh
Cindy Lidya
Intan
Chairunnisa
Jessica
Annette
Nida
Choirun Nufus
Wulan
Angraeni
I.
Latar
Belakang
Keprofesionalan adalah
komitmen seseorang kepada pekerjaannya. Profesional dapat diartikan sebagai
suatu perilaku seseorang yang ahli atau pakar dalam bidang tertentu, dan memiliki kualitas yang
terjamin dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan yang diharapkan oleh
klien. Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme
senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional.
Kualitas
profesionalisme didorong oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a. keinginan untuk selalu menampilkan
perilaku yang mendekati piawai ideal;
b. meningkatkan dan memelihara image
profesional;
c. keinginan untuk senantiasa
mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan
memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya;
d. mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi.
Membahas suatu profesi,
maka akan erat hubungannya dengan etika dan aturan yang menjadi landasan dalam
menjalankan suatu profesi. Etika profesi menurut Keiser (dalam Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan
penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas
berupa kewajiban terhadap masyarakat. Etika dan aturan ini berfungsi untuk
menertibkan suatu profesi, sehingga seseorang
tidak membelok ke arah yang dapat merugikan masyarakat dan melanggar hukum di
negara.
Dalam makalah ini, Kami
selaku penyusun mengambil tokoh Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai contoh yang
memiliki sikap profesionalisme yang baik. Beliau
berkomitmen untuk menyumbangkan ilmunya secara praktek dan teori untuk
Indonesia. Makalah ini akan membahas biografi B.J Habibie dilengkapi dengan prestasi-prestasinya,
serta analisis menggunakan 4 Prinsip Etika
Profesi.
II.
Profil
Prof.
DR. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Parepare,
Sulawesi Selatan,
25 Juni
1936,
sekarang umurnya 77 tahun. Habibie merupakan anak keempat dari delapan
bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini
Puspowardojo. Alwi Abdul Jalil Habibie adalah keturunan Bugis (Sulawesi Selatan) yang lahir pada
tanggal 17 Agustus 1908 di Gorontalo dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo lahir di
Yogyakarta 10 November 1911. Ibunda R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah anak
seorang spesialis mata di Yogya, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo
bertugas sebagai pemilik sekolah. Beliau merupakan anak keempat dari delapan
bersaudara.
Habibie adalah
Presiden
Republik Indonesia ketiga,
menggantikan
Soeharto
yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei
1998.
Jabatannya digantikan oleh Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober
1999
oleh MPR
hasil Pemilu 1999.
Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil presiden, dan 1 tahun 5
bulan sebagai presiden, Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden
Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
Sebelumnya Habibie pernah berilmu di SMAK Dago.
Ia belajar teknik mesin di Institut Teknologi
Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965
ia melanjutkan studi teknik penerbangan,
spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen,
Jerman Barat,
menerima gelar diplom ingenieur
pada 1960
dan gelar doktor ingenieur
pada 1965
dengan predikat summa cum laude.
Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMAK
Dago di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung),
Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, karena
mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya Dirgantara dan penerbangan bagi
Indonesia maka ia memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi
Konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische
Hochschule (RWTH). Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk
sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya
yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari.
Pada 1955-1965
ia melanjutkan studi teknik penerbangan,
spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen,
Jerman Barat,
beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun
1960 dengan predikat Cumlaude dengan nilai rata-rata 9,5, dan Pada tahun 1965
Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (sangat
sempurna) dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet
Fuer Maschinenwesen Aachean.
Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955
di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa
penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada
teman-temannya yang lain. Musim
liburan bukan digunakannya untuk liburan, beliau justru merasa musim liburan adalah kesempatan
emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis
masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan
teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim
panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.
B.J. Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari
pada tanggal 12 Mei 1962 yang kemudian diboyong ke Jerman, dan dikaruniai dua
orang putra, yaitu Ilham Akbar Habibie
dan Thareq Kemal Habibie.
Hidupnya makin keras, di pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki
cepat ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian
pulang pada malam hari dan belajar untuk kuliahnya, Istrinya Nyonya Hasri Ainun
Habibie harus mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju untuk menghemat kebutuhan hidup
keluarga.
III.
Pekerjaan dan Karier
Dengan gelar insinyur, pada 1960 beliau
mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api
Jerman. Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume
besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot
membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba
mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia
terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.
Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm,
sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg,
Jerman,
sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang
teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan
presiden Soeharto.
IV.
Prestasi B. J. Habibie
·
Memulai
bangku kuliahnya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia kemudian melanjutkan
pendidikannya ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955
dengan beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
·
Tahun
1965, menyelesaikan studi S-3 dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor
Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude.
·
Bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg,
sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat
Terbang (1965-1969),
kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada
industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973).
·
Mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) pada
11 Oktober 1985. IPTN kemudian diresktrukturisasi menjadi PT Dirgantara
Indonesia (PT DI).
·
Habibie
dalam skala internasional terlibat dalam berbagai proyek desain dan konstruksi
pesawat terbang seperti Fokker F 28, Transall C-130 (militer transport), Hansa
Jet 320 (jet eksekutif), Air Bus A-300, pesawat transport DO-31 (pesawat dangn
teknologi mendarat dan lepas landas secara vertikal), CN-235, dan CN-250
(pesawat dengan teknologi fly-by-wire).
·
Habibie
secara tidak langsung ikut terlibat dalam proyek perhitungan dan desain
Helikopter Jenis BO-105, pesawat tempur multi function, beberapa peluru kendali
dan satelit.
·
Rumus yang ditemukan
oleh Habibie dinamai "Faktor Habibie" karena bisa menghitung
keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang
sehingga ia dijuluki sebagai "Mr. Crack".
·
Pada tahun 1965
Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga
internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga
Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London
(Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The
Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US Academy of
Engineering (Amerika Serikat).
·
Pada tahun 1967,
menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. dari
tempat yang sama tahun
·
Penghargaan bergengsi
yang pernah diraih : Edward Warner Award dan Award von Karman yang hampir
setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan
tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti
Kencana.
·
Pada tahun 1978 sampai
Maret 1998 menjabat sebagai Menteri
Negara Riset dan Teknologi Ristek. Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI
(Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.
·
Kepala BPPT, memimpin
10 perusahaan BUMN Industri Strategis,
·
Wakil Presiden (14
Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet
Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto dipilih MPR
·
Menjabat sebagai
Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung
menggantikan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia ke 3. Soeharto
menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945.
Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang
memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI.
- VTOL (
Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
- Pesawat
Angkut Militer TRANSALL C-130.
- Hansa Jet
320 ( Pesawat Eksekutif ).
- Airbus
A-300 ( untuk 300 penumpang )
- * CN - 235
- * N-250
Sebagian
Tanda Jasa/Kehormatannya :
- 1976 - 1998 Direktur Utama PT. Industri
Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
- 1978 - 1998
Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
- Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi / BPPT
- 1978 - 1998
Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
- 1978 - 1998
Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
- 1980 - 1998
Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)
- 1983 - 1998
Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
- 1988 - 1998
Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
- 1989 - 1998
Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
- 1990 - 1998
Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
- 1993
Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
- 10 Maret -
20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
- 21 Mei 1998
- Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia
V.
Analisa
4 prinsip etika profesi
1. Tanggung
Jawab
Sebagai seorang
insinyur, BJ. Habibie memiliki sikap tanggung jawab dalam dirinya. Hal ini
ditunjukkannya sejak berkuliah dan
menerima beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan
kuliahnya di Jerman di Teknik Penerbangan dengan spesialisasi Konstruksi
pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule
(RWTH). Beliau menghabiskan waktunya di
negeri rantau dengan belajar
secara sungguh-sungguh dan
bekerja agar memiliki uang untuk membeli buku dan mengembangkan dirinya lagi.
Beliau juga bertanggung
jawab akan pekerjaannya,
khususnya saat dinyatakan harus
mundur sebagai presiden oleh MPR, beliau pun menerima keputusan tersebut dengan
bertanggung jawab
2.
Keadilan
Habibie dikatakan sebagai
sosok yang memiliki sikap keadilan. Hal ini dibuktikan dengan kembalinya beliau
untuk mengabdikan dirinya di Indonesia, yang telah memberikannya kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan di luar negeri. Adil adalah seimbang, sesuai
dengan takarannya. Habibie berusaha menyeimbangkan apa yang telah beliau
dapatkan. Setelah negara memberikannya kesempatan untuk belajar, tibalah
saatnya beliau membayar apa yang telah dikeluarkan negara, dengan cara bekerja
di Indonesia.
3.
Otonomi
·
Internal
Setiap orang memiliki
kebebasan dalam mengembangkan dirinya, termasuk bagi Habibie. Habibie mencoba
mengembangkan dirinya dengan mengambil beasiswa yang diberikan oleh Kemendikbud
untuk belajar diluar negeri. Ia memilih jurusan teknik penerbangan, mengingat
Soekarno yang mengatakan pentingnya dirgantara
dan penerbangan bagi Indonesia. Habibie mengembangkan dirinya dengan belajar
dengan sungguh-sungguh dan banyak membaca buku.
·
Eksternal
Selama diluar negeri,
lingkungan disana juga memberi kesempatan bagi Habibie untuk mengaplikasikan
dan mengembangkan ilmunya. Habibie diterima bekerja di Firma Talbot, sebuah industri
kereta api Jerman. Habibie juga pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm,
sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg,
Jerman.
Tidak sembarang orang dapat diterima bekerja di perusahaan penerbangan
selayaknya Habibie. Hal tersebut
merupakan contoh dukungan dari
lingkungan Habibie yang membantunya
dapat mengembangkan diri.
Saat kembali ke
Indonesia Habibie juga mendapat dukungan yang luar biasa dari rakyat Indonesia
dengan terpilihnya sebagai Menteri
Negara Riset dan Teknologi Ristek Pada tahun 1978 sampai Maret
1998, menjadi Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet
Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto hingga menjabat sebagai
Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999).
4. Integritas
Moral
Integritas moral
Habibie dibuktikan dengan keluarnya beliau dari
pekerjaannya
di luar negeri dan mengajukan permohonan untuk bekerja di Indonesia walaupun
dengan bayaran yang sangat jauh dari bayarannya bekerja di luar negeri. Namun
bukan uang yang beliau kejar. Beliau sudah memikirkan untuk memajukan Indonesia
dengan mengurangi pengagguran. Beliau berharap pabrik pesawat terbangnya akan
menyerap banyak tenaga kerja dari dalam negeri.
Intergritas moral
Habibie pernah dipertanyakan ketika Timor-Timor terpaksa lepas dari Indonesia.
Namun ketika ditelisik lebih dalam sebanarnya keputusan Habibie yang setuju
akan hasil referendum Timor-Timur
tidak lain untuk kebaikan Indonesia karena Indonesia akan terbebas
dari beban nasional untuk membiayai pembangunan di Timor Timur.
Daftar Pustaka
No comments:
Post a Comment