oleh :
Intan
Chairunnisha 210110110231
Wulan
Anggraeni 210110110264
Nida
Choirun Nufus 210110110281
Cindy
Lidya Putri Simbolon 210110110282
Humas C 2011
Ada yang mengatakan bahwa
serikat buruh harus meninggalkan prinsip-prinsip dan praktek-praktek
tradisional kolektivis, apapun tujuan serikat buruh kedepannya. Pandangan lain
melihat bahwa serikat pekerja dan proses tawar-menawar kolektif hanya dapat
bertahan jika lembaga ini menyesuaikan diri dengan tekanan pasar dan memberikan
kontribusi bagi keberhasilan kompetitif perusahaan.
Jika digambarkan dalam teori
gelombang panjang, dapat diketahui bahwa fluktuasi nasib gerakan buruh nasional
mengikuti pola prediksi yang erat dikaitkan dengan irama dari ekonomi
kapitalis. Teori postmodernis mengklaim bahwa gerakan buruh klasik akan
menurun, sedangkan teori gelombang panjang menunjukkan bahwa gerakan buruh
lebih mungkin untuk berada di ambang kebangkitan.
Bidang Hubungan Industrial
Dalam bab 1, membahas
mengenai hal yang menjadi masalah intelektual sentral dalam hubungan industrial
kontemporer. Secara khusus membahas tiga tujuan utama. Pertama, prioritas
penelitian yang tidak menyelaraskan bidang hubungan industrial dengan prioritas
ekonomi dan politik pengusaha dan negara. Kedua, menjadi patokan terhadap
sesuatu yang dapat kita tinjau dalam hal kemajuan bidang hubungan industrial
dalam beberapa dekade terakhir. Terakhir, membahas mengenai masalah yang sama,
yang akhirnya digunakan sebagai brenchmarks
dalam evaluasi pendekatan alternatif.
Fokus perhatian hubungan
industrial adalah 'penciptaan surplus secara ekonomi, co-eksistensi konflik dan
kerjasama, hubungan pertukaran yang bersifat tidak tentu, dan asimetri
kekuasaan’.
Konflik dan kerjasama dalam
hubungan kerja memungkinkan Kita untuk mengidentifikasi empat masalah utama dan
bertahan di lapangan. Pertama, bagaimana pekerja datang untuk mendefinisikan
kepentingan mereka dalam hal kolektif atau individu? sedangkan pengusaha yang
selalu dan terutama berkaitan dengan profitabilitas, karena persaingan pasar,
tidak ada mekanisme yang sesuai di antara para pekerja yang dapat menetapkan
prioritas setara dengan salah satu dari banyak kepentingan mereka.
apa cara paling berguna dari
konseptualisasi kekuasaan dan sumber daya pekerja, pengusaha, dan negara?
Terakhir, bagaimana seharusnya Kita mengkonsep hubungan antara pekerja dan
kepentingan atasan?
Kepentingan
Pekerja
Paul Edwards telah menyatakan bahwa cara yang paling tepat untuk mengetahui
bagaimana pekerja mendefinisikan
kepentingan mereka 'adalah melalui analisis apa yang mereka lakukan, bukan apa yang mereka katakan, dan
melalui fokus pada kelompok bukan individu. Perilaku pekerja
yang rumit dikarenakan mereka tidak setuju terhadap 'eksploitasi serta bekerjasama dengan
pengusaha untuk memastikan kelangsungan
hidup perusahaan tertentu (lih Cressey
dan MacInnes 1980).
Sebagai konsekuensinya hubungan antara pekerja dan pengusaha selalu melibatkan konflik dan kerjasama. Dalam kasus nyata proses
hubungan ini mengambil berbagai bentuk, tergantung pada 'orientasi' pekerja untuk pengusaha yang militan atau
sepakat dan individualis
atau kolektivis dan
apakah orientasi tersebut telah
didefinisikan organisasi ke kolektif (Edwards 1986:226-229).
Kekuasaan dan
perundingan bersama
Bergabung dengan serikat
pekerja merupakan cara untuk mengatasi
kelemahan para pekerja sebagai individu
dalam hubungan kerja. Karena sekelompok pekerja yang terorganisir dalam serikat pekerja akan lebih
setara dengan pengusaha dibandingkan sekedar individu saja. Ketika serikat pekerja dan pengusaha terlibat dalam
perundingan kolektif (berunding) hubungan
mereka melibatkan suatu ancaman
atau penyebaran kekuasaan dan
hasil tawar-menawar tersebut akan
mencerminkan keseimbangan kekuasaan.
Jadi ketika suatu serikat pekerja berunding dengan pihak pengusaha, maka akan
terdapat suatu ancaman atau konflik diantara kedua pihak, karena masing-masing
pihak memiliki tingkat kekuasaan yang berbeda. Kekuasaan
pekerja cenderung lebih rapuh dan
sangat rentan terhadap efek korosif
tingginya pengangguran. Namun hal
terpenting mengenai sebuah konsep hubungan industrial ini adalah adanya diskusi
walaupun cuma sedikit.
Hubungan industri
telah diakui sebagai pusat pentingnya kekuasaan, tetapi
tidak dikenakan untuk analisis konseptual, atau digunakan secara ekstensif dalam penelitian empiris. (Martin 1992:2, dan lihat
juga Martin 1981:105). Istilah kekuasaan juga merupakan suatu hal yang sering dibahas. Lih
Lukes 1974 mengatakan bahwa ada empat cara yang digunakan berkaitan dengan
kekuasaan, empat cara tersebut antara
lain adalah menggunakan variabel proxy, mengacu pada faktor penentu struktural
atau berkolerasi, memeriksa hasil tawar-menawar dan dengan mengacu pada
variabel subjektif.
Beberapa faktor struktural
yang mungkin mempengaruhi kekuatan serikat pekerja, antara lain: produk
produk, tenaga kerja, posisi
strategis dari kelompok kerja
dalam proses produksi, tingkat substitusi tenaga kerja, jenis sistem pembayaran, sistem pengendalian manajemen, strategi perusahaan, struktur dan kecanggihan organisasi serikat pekerja dan ruang lingkup dan kedalaman kolektif (misalnya Batstone
1988b, Brown 1973:144-145,
Martin 1992:14 -
16). Namun dampak
dari variabel-variabel tersebut
pada keseimbangan kekuasaan jauh
dari jelas (belum jelas). Karena
di satu sisi, kekuatan serikat pekerja kemungkinan akan melemah dalam resesi persaingan produk pasar dan dengan adanya pengangguran massal. Di sisi lain, produk dipasaran yang semakin kompetitif juga dapat melemahkan pengusaha karena mereka
akan menghindari gangguan produksi (kecuali tingginya
tingkat persediaan memberikan mereka
(pengusaha) kemampuan untuk menolak setiap tindakan industrial): jadi dengan kata lain selama
pengusaha ingin melakukan produksi,
para pekerja memiliki beberapa tingkat
kekuatan '(Batstone dan Gourlay 1986:18).
Salah
satu cara mengendalikan masalah yang mungkin timbul adalah dengan memfokuskan
ke hasil keputusan, dengan memberikan kesempatan kepada masing-masing pihak
untuk mendapatkan cara mereka sendiri disaat menghadapi masalah dan dalam
perundingan bersama (maksudnya tidak ada tentangan ketika melakukan perundingan
baik untuk para pekerja maupun untuk pengusaha).(Edwards
1978, 1983).
Negara-negara
Kapitalis
Tidak banyak buku hubungan industrial
yang mengungkapkan tentang negara-negara kapitalis. Edwards , dalam bukunya
Konflik di Tempat Kerja ( 1986 ) berisi analisis yang panjang , menggambarkan
teori negara Marxis kontemporer , peran negara kapitalis dalam mengatur tempat
kerja (dan lihat juga Edwards 1994)
Negara-negara kapitalis menikmati tingkat otonomi relatif dari sebagian
kelas sosial karena manajer negara mampu mengeksploitasi perpecahan intra –
kelas. Tujuan yang kontradiktif dari negara-negara ini adalah untuk
mempertahankan akumulasi modal sementara legitimasi sistem produksi kapitalis.
Hubungan
Pekerja –majikan
Pasca - 1979 penurunan serikat buruh
bertambah cepat dan menunjukkan beberapa tanda-tanda membiarkan naik , akademik
dan komentator lainnya semakin mengubah pikiran mereka dari analisis penurunan
ke prognosis untuk pertumbuhan . Sejumlah besar penulis ( baik di Eropa dan
Amerika Serikat ) berpendapat bahwa kelangsungan hidup serikat pekerja dan
pemulihan nya menyalakan kesediaan serikat pekerja dan anggotanya berperilaku '
moderat ' dan untuk menawarkan konsesi kepada majikan sebagai bagian dari
sosial baru kemitraan antara tenaga kerja dan modal. Banyak literatur '
kemitraan sosial ' terdiri dari eksplorasi contoh khusus dari hubungan ini. Ada
paralel mencolok antara kemitraan soial dan literatur manajemen sumber daya
manusia , yang paling jelas dalam cara yang prioritas pengusaha telah datang
untuk mendominasi intelektual agenda peneliti , tetapi juga tampak dalam
keengganan penulis ini untuk mengatasi wajah memfitnah kekuasaan majikan :
tindakan seperti penghentian pengakuan serikat pekerja dan viktimisasi aktivis
serikat pekerja . Apa juga yang tampak dalam sebagian
besar literatur kemitraan sosial adalah tidak adanya analisa historis pola-pola hubungan pekerja-manajemen.
Menjelaskan
kesenjangan
Industrial Relations
Research Unit di Warwick berpendapat
bahwa hubungan penelitian industri Inggris dan analisis
menampilkan serangkaian besar kelemahan , yang
pertama adalah bahwa sebagian besar deskriptif. Kedua , ada bias yang kuat
terhadap deskripsi dari lembaga-lembaga serikat
pekerja dan pengaturan perundingan bersama dengan
mengorbankan proses sosial seperti pengaruh dan
mobilisas . Ketiga , peneliti jarang menggunakan teori , baik untuk mengatur data , untuk menghasilkan dan menguji
hipotesis atau untuk mengembangkan analisis dan
argumen. Keempat , beberapa upaya teori yang telah dibuat adalah ditandai dengan keterbelakangan konseptual yang signifikan dan
ambiguitas.
Kebijakan
dan Penelitian
Di sisi hukum
banyak penelitian melakukan evaluasi deskriptif kembali ,
yaitu sejauh man langkah hukum yang dimiliki pemerintah mencapai efek yang
diinginkan. karenanya kami memiliki evaluasi
empiris menyeluruh dari undang-undang tentang pemungutan suara , toko tertutup
dan tindakan industrial. Melihat kembali selama dua puluh tahun itu mencolok untuk melihat bagaimana agenda penelitian
hubungan industrial telah bergeser sejalan dengan
prioritas perubahan pengusaha dan negara , kecenderungan yang sudah jelas pada tahun 1987.
Teori
dalam
hubungan industrial
Konsep Dunlop tentang
sistem hubungan industrial (aktor, aturan
dan rule
making, konteks dan ideologi) memiliki tujuan
ganda. Hal itu dimaksudkan
baik untuk
menetapkan fokus analitis untuk disiplin muncul dan berfungsi
sebagai teori diuji. Tetapi penilaian Sistem Hubungan Industrial beberapa tahun yang lalu mengkonfirmasi apa
yang semua orang tahu: 'itu secara
luas dianut di seluruh dunia sebagai alat untuk menyelenggarakan kursus hubungan industrial dan buku teks .... Kegagalan
besar, bagaimanapun, telah menjadi ketidakmampuan untuk merangsang peneltian menguji hipotesis '
Hypothesis
penelitian
Trend hypotheses adalah proposisi yang
menyatakan bahwa dalam jangka waktu tertentu telah terjadi kejadian yang lebih
besar atau kecil dari fenomena tertentu, baik berupa manajemen sumber daya
manusia, desentralisasi perundingan atau keanggotaan closed shop.
Kebijakan hasil hypothesis sedkit banyak
menghasilkan kebijkan negara dan pengusaha. Namun kebijakan hypothesis sering
dikritik mengenai belum tentu akan cocok dengan keadaan kerja secara nyata, dan
efek dari kebijakan terlalu dibesar-besarkan, setengah dari tuntutan tidak
kuat. Beberapa kritik sering ditambahkan dengan rendahnya kualitas kerja
sebelumnya dan keterangan bahwa diperlukan penelitian lebih baru dan ketat
untuk menguji efektivitas kebijakan.
Hypothesis korelasional menjelaskan
bahwa satu variable berhubungan dengan yang lain serta data lalu dikumpulkan
untuk melihat kasus yang terjadi. Hal yang mungkin paling umum dari semua
adalah multifactor hypothesis. Kadang-kadang dikenal sebagai model atau
kerangka kerja, atau teori, terdiri dari bahwa terkadang fenomena atau kejadian
adalah fungsi kompleks dari factor yang berbeda kepentingan.
Kesimpulan
kita telah membuat kemajuan atas apa
yang disebut masalah utama dari hubungan industry. Kita tiadk mengetahui apakah
pekerja lebih kolektiv atau individualis, kita tidak mengetahui konsep
kepentingan pekerja untuk menjawab pertanyaan sebelumnya. Tidak adanya definisi
kekuasan dalm hubungan industry menyebabkan kurangnya cara untuk mengukur
kekuasaan tersebut dan tanpa teori yang meyakinkan mengenai peralihan dan
penyebaran kekuasaan. Akibatnya kita tidak mengetahui mengapa, bagimana dan
seberapa banyak kekuatan serikat pekerja telah menurun di tahun 1980 dan sejauh
mana penurunan tersebut dapat dihindari mengingat kebijakan yang berbeda dari satu
dan lainnya kepala pelaku hubungan industrial, termasuk negara. Pada akhirnya
kita tidak mengetahui apakah system hubungan industrial inggris sedang
mengalami perubahan besar atau kecil, jangka pendek atau jangka panjang, siklus
atau sirkuler. Tidak hanya kekurangan jawaban atas pertanyaan dasar tapi kita
juga kekurangan alat bantu konseptual dan teroritis untuk mendapatkan jawaban
yang bermanfaat. Dalam penyusunan alat tersebut akan di jelaskan pada bab
berikutnya.
No comments:
Post a Comment