Wednesday 30 May 2012


Selepas isya sepulang kegiatan yang cukup melelahkan, saya kembali ke kostan. Langsung saja saya menenggelamkan diri di kasur. Saya ambil remote lalu menyalakan televisi. Terkadang, ada acara konser musik yang dipandu oleh orchestra memukau di SCTV. Akan tetapi malam itu saya  hanya melihat sinetron, yang menjadi andalan hampir semua tayangan televisi untuk mendapatkan rating tertinggi agar banyak iklan yang masuk. Untungnya, saat itu trans 7 menyajikan program acara serba 7 yang dapat memberi informasi yang mungkin belum saya tahu.
Acara serba 7 itu berdurasi 45 menit, hingga pukul 8. Setelah itu dilanjutkan oleh Opera Van Java (OVJ), salah satu program acara penghancur properti yang akhir-akhir ini sedang gencar melakukan tour untuk berbagai tujuan tentunya. Acara yang berdurasi 2 jam tidak lantas membuai saya untuk menyaksikan tayangan sampai habis. Saya pindah-pindahkan channel untuk mencari program yang menghibur sekaligus memberikan manfaat, walaupun saya sadar jam selepas isya memang sering digunakan stasiun televisi untuk acara hiburan yang … .
Entah karena saya mahasiswa Ilmu Komunikasi, ingin mengetahui tentang dunia jurnalistik, atau hanya kemasan acara yang menarik, pilihan saya jatuh pada Metro TV yang menyajikan program acara “Journalist on Duty”. Acara berlangsung hanya setengah jam. Setelah itu saya kembali memindah-mindahkan channel untuk mengulik berbagai tayangan. Kembali saya pada SCTV. Seperti biasa, sinetron yang selesai, akan digantikan dengan sinetron yang baru.
Penasaran dengan tayangan yang ada di SCTV, saya membuka koran, tepatnya hari kamis, untuk melihat jadwal yang biasanya ada di halaman depan. Semula saya kira poporsi program hiburan pada televisi sebanding dengan tayangan informatif. Ternyata, dari 20 tayangan(8 jenis program) acara yang ada di SCTV, hanya 4 jam saja yang isinya memberikan informasi kepada khalayak. Itu pun sudah plus iklan.


Kalau dikategorikan berdasarkan fungsinya, menurut Elvinaro et al dalam bukunya Komunikasi Massa Suatu Pengantar, fungsi televisi sama dengan fungsi media masssa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Pada kenyataannya, fungsi hiburan lebih dominan pada media massa televisi. Terbukti dalam tayangan SCTV dalam 24 jam, hanya 17 persen yang memberikan informasi (15% berita, 2% ceramah) sedangkan selebihnya adalah program hiburan. Malah, FTV yang ceritanya tidak jauh dari kisah cinta para remaja dan kehidupan yang serba mudah dan indah memiliki durasi tayang paling banyak banyak. Lalu, apakah para remaja harus terbius oleh pola dan cara hidup seperti jalan cerita pada FTV? Seperti yang kita ketahui bersama bahwa para remaja sangat rentang terhadap keadaan dalam lingkungan yang dilihatnya. Dari semua media komunikasi yang ada, televisi paling berpengaruh pada kehidupan manusia. 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu meneonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari (Agee, et al. 2001:279).
Ada fungsi lain yang paling menarik dan banyak dilupakan. Devito (1996) menyebutkan salah satu fungsi komunikasi massa secara khusus adalah fungsi membius (Narcotization).   Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil. Sebagai akibatnya, pemirsa atau penerima terbius kedalam keadaan pasif, seakan-akan berada dalam pengaruh narkotika (DeVita, 1996).
Di Indonesia, regulasi terhadap televisi selain bertumpu pada pemerintah, juga kepada masyarakat melaui dibentuknya Komite Penyiaran Indonesia (KPI). Salah satu tugas KPI adalah melayani pengaduan masyarakat dalam bidang penyiaran. Namun tidak semua dapat diadukan kepada KPI, karena ada ketentuan-ketentuan khusus yang menjadi syarat program layak atau tidak untuk diadukan. Lantas, kita sebagai khalayak tidak sepantasnya menerima apa yang telah disuguhkan oleh media atas penyiaran yang dapat dikatakan “pembodohan publik”. Apakah saya harus mengatakan kalimat dosen komunikasi massa yang sering terlontar di kelas? “Oh my Goodness! So please..”. Saatnya kita selektif dalam memilih tayangan dan proporsional dalam menikmati sajian program acara di televisi.  

No comments:

Post a Comment