Halo sahabat Peta.. Kalau sahabat
main ke Kota Cimahi, jangan lupa mampir ke tempat wisata yang juga dapat memberikan
pengetahuan budaya. Namanya Kampung Adat Cirendeu. Kampung Adat ini bisa jadi
salah satu lokasi yang bagus lho untuk
dikunjungi. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota, tepatnya di Kelu, Leuwi Gajah,
Kota Cimahi. Kampung Adat yang terletak tidak jauh dari pusat Kota Cimahi ini
dapat memberikan informasi yang lebih deh
untuk sahabat.
Kampung Adat Cirendeu dihuni oleh
kurang lebih 300 Kepala Keluarga. Sebagian besar warga Kampung Adatnya
bermatapencaharian sebagai petani. Mereka memiliki lahan pribadi, maupun
kelompok. Setiap Senin hingga Sabtu, mereka mengolah lahan pribadinya, nah pas hari Minggu, baru deh mereka menggarap lahan
kelompok, yang hasil panennya akan dibagikan secara proporsional. Mereka
mengelola singkong, dan tanaman tumpang sari seperti jagung, talas, dan
kacang-kacangan.
Pusat sentral dari Kampung Adat
Cirendeu itu berada pada Bale
Salesehan, yaitu suatu ruangan persegi yang terbuat dari bambu dengan beberapa pigura
penghargaan dan foto yang terpampang di dinding. Di bele Salesehan, terdapat
beberapa jenis alat musik tradisional Sunda. Bale Salesehan ini merupakan pusat sentral yang
multifungsi, karena biasa digunakan untuk berbagai keperluan, seperti tempat
melakukan pernikahan adat, upacara pasuraan, ruang rapat, dan juga tempat untuk menerima tamu.
Sebagian warga Kampung Adat di
sana memeluk sistem kepercayaan yang biasa kita kenal dengan nama Sunda
Wiwitan, itu looh agama kepercayaan
yang diwariskan oleh nenek moyang sebelum Islam masuk ke tanah Jawa. Dalam prosesi
pernikahan adat agama kepercayaan ini,
mereka menggunakan istilah ikral, yaitu pernyataan janji oleh kedua pihak
mempelai sebagai Ijab Kabul dan syarat sah pernikahan bagi penganut agama
kepercayaan. Kedua mempelai belum dapat dikatakan menikah sebelum melakukan
ikral. Setelah itu, dilanjutkan dengan ngeyeug seureuh, siraman, dan ngaras,
yang merupakan adat pernikahan Kampung Adat.
Setiap tanggal 1 dan 2 Suro,
warga Kampung Adat m punya tradisi adat
lho sahabat. Mereka melakukan upacara sakral yang dinamakan Passuran. Pada
hari pertama, mereka melakukan upacara sakral di Bale Salesehan. Kegiatan hari
pertama ini dikhususkan bagi pihak warga Kampung Adat saja sahabat. Dalam ritualnya, mereka mengucap syukur atas hasil panen
yang selalu dapat memenuhi kebutuhan. Sedangkan pada hari kedua digunakan untuk
pertunjukan seni yang biasa dilakukan di lapangan yang lokasinya bersebelahan
dengan Bale Salesehan.
O iya Sahabat Peta, Anak-anak warga Kampung Adat diajarkan menulis
aksara Sunda lho di rumah yang
bersebelahan dengan Bale Salesehan. Biasanya sih setiap minggu sore. Pengajarnya itu para pemuda yang sudah mendapatkan pengajaran oleh pemuda saat
itu semasa masih anak-anak dulu. Jadi ilmunya turun-temurun nih Sobat. Selain aksara Sunda,
anak-anak juga kerap diajarkan bermain musik. Celempung, karinding, angklung,
dan saron merupakan beberapa jenis alat musik yang sering dimainkan. Mau ikutan
main? Boleh kok!
Lalu, apa lagi ya yang membedakan Kampung Adat Cirendeu
dengan Kampung Adat di kota lain? Warga Kampung Adat Cirende itu mempunyai kebiasaan memakan nasi singkong
sebagai makanan pokoknya. Ya, sama kaya judul
artikel ini, Desa Wisata Ketahana Pangan. Inilah salah satu alasan yang membuat
Kampung Adat Cirendeu terkenal, bahkan sampai ke Amerika. Adat mengikat para
warganya untuk tetap memakan nasi singkong, mereka menyebutnya dengan istilah sangueun. Begitu menurut Kang Ogi
Suprayogi, salah satu warga Kampung Adat. Katanya
ada perasaan bersalah dalam hati jika ia memakan nasi yang terbuat dari beras. O iya Sahabat Peta, Kebiasaan
mengonsumsi nasi singkong ini menjadikan
Kampung Adat Cirendeu tidak mengalami krisis pangan lho, apalagi sampai berebut raskin alias beras miskin. Malah
Kampung Adat Cirendeu mendapat julukan sebagai Desa Wisata Ketahanan Pangan. “Te boga sawah asal boga pare, teu boga pare
adal boga beas, teu boga beas asal nyangu, teu boga sangu asal kuat,” begitu
kata Kang Jajat Sudrajat, salah satu
warga yang kami temui di Bale Salesehan. Selain dibuat sebagai makanan pokok,
mereka juga mengolah singkong menjadi berbagai macam jenis jajanan khas
Cirendeu yang bisa kita beli untuk dijadikan oleh-oleh sebelum pulang. Waaaa bisa bawa oleh-oleh nih.
Banyak hal kan yang dapat kita ketahui dengan berwisata ke Kampung Adat
Cirendeu? Kalau mau lihat langsung gimana
sih suasana di sana, datang aja ke
Kampung Adat Cirendeu
_nida choirun nufus
No comments:
Post a Comment