Thursday 18 October 2012

Kampung Adat Cirendeu, Desa Wisata Ketahanan Pangan



Halo sahabat Peta.. Kalau sahabat main ke Kota Cimahi, jangan lupa mampir ke tempat wisata yang juga dapat memberikan pengetahuan budaya. Namanya Kampung Adat Cirendeu. Kampung Adat ini bisa jadi salah satu lokasi yang bagus lho untuk dikunjungi. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota, tepatnya di Kelu, Leuwi Gajah, Kota Cimahi. Kampung Adat yang terletak tidak jauh dari pusat Kota Cimahi ini dapat memberikan informasi yang lebih deh untuk sahabat.
Kampung Adat Cirendeu dihuni oleh kurang lebih 300 Kepala Keluarga. Sebagian besar warga Kampung Adatnya bermatapencaharian sebagai petani. Mereka memiliki lahan pribadi, maupun kelompok. Setiap Senin hingga Sabtu, mereka mengolah lahan pribadinya, nah pas hari Minggu, baru deh mereka menggarap lahan kelompok, yang hasil panennya akan dibagikan secara proporsional. Mereka mengelola singkong, dan tanaman tumpang sari seperti jagung, talas, dan kacang-kacangan.
Pusat sentral dari Kampung Adat Cirendeu itu berada pada Bale Salesehan, yaitu suatu ruangan persegi yang terbuat dari bambu dengan beberapa pigura penghargaan dan foto yang terpampang di dinding. Di bele Salesehan, terdapat beberapa jenis alat musik tradisional Sunda. Bale Salesehan ini merupakan pusat sentral yang multifungsi, karena biasa digunakan untuk berbagai keperluan, seperti tempat melakukan pernikahan adat, upacara pasuraan, ruang rapat, dan juga tempat untuk menerima tamu.
Sebagian warga Kampung Adat di sana memeluk sistem kepercayaan yang biasa kita kenal dengan nama Sunda Wiwitan, itu looh agama kepercayaan yang diwariskan oleh nenek moyang sebelum Islam masuk ke tanah Jawa. Dalam prosesi pernikahan adat agama kepercayaan ini, mereka menggunakan istilah ikral, yaitu pernyataan janji oleh kedua pihak mempelai sebagai Ijab Kabul dan syarat sah pernikahan bagi penganut agama kepercayaan. Kedua mempelai belum dapat dikatakan menikah sebelum melakukan ikral. Setelah itu, dilanjutkan dengan ngeyeug seureuh, siraman, dan ngaras, yang merupakan adat pernikahan Kampung Adat.
Setiap tanggal 1 dan 2 Suro, warga Kampung Adat m punya tradisi adat lho sahabat. Mereka melakukan upacara sakral yang dinamakan Passuran. Pada hari pertama, mereka melakukan upacara sakral di Bale Salesehan. Kegiatan hari pertama ini dikhususkan bagi pihak warga Kampung Adat saja sahabat. Dalam ritualnya, mereka mengucap syukur atas hasil panen yang selalu dapat memenuhi kebutuhan. Sedangkan pada hari kedua digunakan untuk pertunjukan seni yang biasa dilakukan di lapangan yang lokasinya bersebelahan dengan Bale Salesehan.
O iya Sahabat Peta, Anak-anak warga Kampung Adat diajarkan menulis aksara Sunda lho di rumah yang bersebelahan dengan Bale Salesehan. Biasanya sih setiap minggu sore. Pengajarnya itu para pemuda yang sudah mendapatkan pengajaran oleh pemuda saat itu semasa masih anak-anak dulu. Jadi ilmunya turun-temurun nih Sobat. Selain aksara Sunda, anak-anak juga kerap diajarkan bermain musik. Celempung, karinding, angklung, dan saron merupakan beberapa jenis alat musik yang sering dimainkan. Mau ikutan main? Boleh kok!
Lalu, apa lagi ya yang membedakan Kampung Adat Cirendeu dengan Kampung Adat di kota lain? Warga Kampung Adat Cirende itu mempunyai kebiasaan memakan nasi singkong sebagai makanan pokoknya. Ya, sama kaya judul artikel ini, Desa Wisata Ketahana Pangan. Inilah salah satu alasan yang membuat Kampung Adat Cirendeu terkenal, bahkan sampai ke Amerika. Adat mengikat para warganya untuk tetap memakan nasi singkong, mereka menyebutnya dengan istilah sangueun. Begitu menurut Kang Ogi Suprayogi, salah satu warga Kampung Adat. Katanya ada perasaan bersalah dalam hati jika ia memakan nasi yang terbuat dari beras. O iya Sahabat Peta, Kebiasaan mengonsumsi nasi singkong ini  menjadikan Kampung Adat Cirendeu tidak mengalami krisis pangan lho, apalagi sampai berebut raskin alias beras miskin. Malah Kampung Adat Cirendeu mendapat julukan sebagai Desa Wisata Ketahanan Pangan. “Te boga sawah asal boga pare, teu boga pare adal boga beas, teu boga beas asal nyangu, teu boga sangu asal kuat,” begitu kata Kang Jajat Sudrajat, salah satu warga yang kami temui di Bale Salesehan. Selain dibuat sebagai makanan pokok, mereka juga mengolah singkong menjadi berbagai macam jenis jajanan khas Cirendeu yang bisa kita beli untuk dijadikan oleh-oleh sebelum pulang. Waaaa bisa bawa oleh-oleh nih.
Banyak hal kan yang dapat kita ketahui dengan berwisata ke Kampung Adat Cirendeu? Kalau mau lihat langsung gimana sih suasana di sana, datang aja ke Kampung Adat Cirendeu
_nida choirun nufus

No comments:

Post a Comment